Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Rencana Ahok untuk Tekan Sisa Anggaran dan Hilangkan "Anggaran Siluman"

Kompas.com - 08/11/2014, 13:15 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tingginya nilai sisa lebih penggunaan anggaran (Silpa) DKI Jakarta diakui antara lain karena banyak "anggaran siluman" di dalam APBD DKI. Selain itu, satuan kerja perangkat daerah dinilai masih enggan memakai sistem penganggaran elektronik (e-budgeting).

"Silpa DKI itu banyak banget sebetulnya dan banyak kepala dinas beralasan (anggaran siluman) itu. Yah, enggak apa-apa, yang penting jadi hemat," ujar Plt Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, di Bandara Halim Perdanakusuma, Sabtu (8/11/2014).

Sebelumnya diberitakan, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi DKI Jakarta menemukan banyaknya kegiatan fiktif dengan anggaran "siluman" di Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Kesehatan pada APBD 2014.

Total anggaran siluman yang ditemukan di Dinas PU DKI mencapai Rp 3,518 triliun pada APBD 2014 dengan 252 kegiatan fiktif. Kemudian ada sekitar 34 kegiatan fiktif di Dinas Kesehatan dengan jumlah anggaran siluman sebesar Rp 33,442 miliar.

Basuki mengakui, anggaran "siluman" tidak hanya ditemukan di kedua SKPD itu. Dia menyebutkan ada juga temuan serupa di SKPD lain seperti di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI.

"Masak di Dinas Kesehatan tiba-tiba ada program beli alat pemadam kebakaran, hubungannya apa Dinas Kesehatan beli alat pemadam? Ya sudah kepala dinasnya mencoret dan tidak mengeluarkan uang itu," kata Basuki.

Sabotase

Selain masalah "anggaran siluman" itu, Basuki menengarai tingginya nilai Silpa APBD DKI 2014 juga karena SKPD bersikeras tidak mau menggunakan sistem e-budgeting. Penggunaan sistem ini akan membuat anggaran tak lagi bisa diubah-ubah di tengah jalan dan terkunci.

Dalam kasus di Dinas Kebersihan, kata Basuki, APBD menganggarkan pembelian truk sampah melalui e-katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP). Namun, begitu DPRD DKI mengesahkan anggaran perubahan, tiba-tiba saja program itu hilang.

"Kalau seperti itu kan kacau, duitnya tiba-tiba hilang padahal sudah mau dibayar truk sampahnya. Nah, kejadian seperti ini kan sabotase karena mereka (SKPD) menolak sistem e-budgeting," kata Basuki.

Mulai 2015, Basuki menargetkan e-budgeting berlaku optimal agar tak ada lagi "anggaran siluman" di APBD DKI. Dia pun telah meminta Komisi Pemberantasan Korupsi, BPKP, dan Badan Pemeriksa Keuangan untuk melakukan pengawasan ketat atas penyusunan anggaran DKI. Basuki juga memastikan tak akan segan memecat pejabat yang menolak penerapan e-budgeting di SKPD-nya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Megapolitan
Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Megapolitan
Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com