Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi PDI-P Sarankan Ahok Revisi UMP DKI Jadi Rp 3,1 Juta

Kompas.com - 28/11/2014, 10:53 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI 2015 sebesar Rp 2,7 juta mendapat sorotan dari anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, William Yani. Dia meminta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama merevisi besaran UMP tersebut menjadi lebih tinggi.

Yani menganggap, Rp 2,7 juta tak mengakomodir tingkat inflasi pasca-kenaikan BBM bersubsidi. "Saya tidak setuju dengan angka Rp 2,7 Juta. Kalau bisa, direvisi lagi. Alasannya, paling simpel karena adanya BBM naik. Atas nama PDI Perjuangan kami meminta Pak Ahok merevisinya," kata Yani, di Gedung DPRD DKI, Jumat (28/11/2014).

Yani menilai, besaran ideal UMP DKI 2015 adalah Rp 3,1 Juta. Ia yakin, jumlah tersebut bisa membuat para buruh bisa hidup dengan laik. Tak hanya itu, Yani juga menyarankan agar para buruh kompak dalam penentuan UMP.

"Idealnya Rp 3,1 Juta. Yang penting buruh juga mengajukan angka yang sama. Diangka berapa maunya, jangan sampai berbeda-beda," ujar dia.

Sebagai informasi, Basuki menetapkan besaran UMP DKI 2015 pada pekan lalu sebesar Rp 2,7 juta. Besaran tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah Rp 2,4 Juta.

Para buruh tak setuju dengan nilai tersebut. Mereka mengadakan aksi unjuk rasa di depan Balaikota Jakarta pada Rabu (26/11/2014). Tujuan mereka meminta Basuki meninjau ulang besaran UMP DKI 2015 yang mereka anggap terlalu kecil untuk ukuran biaya hidup di Kota Jakarta.

Basuki mengaku heran dengan sikap buruh. Meski mengakui jumlah tersebut tak sesuai dengan tuntutan buruh yang menginginkan besaran UMP Rp 3 juta, dia menegaskan bahwa ia telah memenuhi segala item yang diinginkan oleh buruh.

"Saya setujui yang mereka minta. Misalnya jumlah Aqua ditambah, hitungan tepung terigu diganti mie instan, saya penuhin, saya naikin. Jadi yang masih mempermasalahkan kualitas (item) itu siapa?" ujar mantan Bupati Belitung Timur itu, Kamis (27/11/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com