Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Indah di Atas Timbunan Sampah

Kompas.com - 28/02/2015, 15:02 WIB

Oleh: Pingkan E Dundu

TANGERANG, KOMPAS - Tempat Pembuangan Akhir Rawa Kucing di Kota Tangerang mematahkan mitos bahwa timbunan sampah warga selalu identik dengan bau busuk dan segala hal menjijikkan lainnya.

Di Rawa Kucing justru menghampar taman hijau dengan pepohonan tinggi dan bonsai dilengkapi saung untuk bersantai. Warga pun bisa berwisata gratis, sekaligus belajar mengolah sampah yang ramah lingkungan.

Wajah baru TPA Rawa Kucing seluas 34,8 hektar di Kelurahan Kedaung Wetan, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Banten, ini dirintis sejak tahun lalu. "Terobosan dengan teknologi ramah lingkungan, TPA bisa jadi tempat wisata bersih lagi indah," kata Kepala TPA Rawa Kucing Masnan.

Jalan setapak dari bata beton (paving block) selebar 1-1,5 meter membelah taman. Saat ini, baru 1.000 meter persegi dari total luas TPA yang menjadi taman dan fasilitasnya. Tercatat ada 50 jenis tanaman, termasuk pohon keras, pohon pelindung, juga tanaman hias turut tumbuh subur, seperti ketapang, trembesi, sengon, lavender, dan kamboja jepang.

Di sisi timur taman itu, ada kolam ikan berukuran 40 meter x 60 meter. Air kolam berasal dari sumber mata air dari tanah bekas tumpukan sampah yang ada sebelum penataan Rawa Kucing dilakukan. Pekan lalu, 10.000 bibit mujair ditebar ke dalam kolam itu. Permainan air mancur menari di tengah kolam menyejukkan mata yang memandanginya.

Bersebelahan dengan taman, di sisi utara membentang lahan dilapisi hijau rumput seluas 30 meter x 15 meter yang difungsikan sebagai lapangan futsal. Siapa pun tak mengira bahwa
di bawah lahan hijau itu bekas tumpukan sampah yang sudah diratakan.

"Di sini juga akan dikembangkan pertanian terpadu. Masyarakat dan anak sekolah nanti bisa belajar bagaimana memilah sampah dengan teknologi dan pembuatan kompos," kata Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang Ivan Yulianto.

Jika semua rencana terealisasi, TPA Rawa Kucing akan menjadi tempat wisata edupark atau taman pendidikan berwawasan lingkungan sekaligus hutan kota. Agar akses warga makin terbuka ke Rawa Kucing, Ivan mendambakan segera
ada pelebaran jalan menuju TPA.

"Awalnya, saya tidak percaya kalau TPA bisa seperti ini," kata Achmad Irfan (28), warga Sangiang Jaya, Periuk, Kota Tangerang. Ia datang ke tempat itu diajak temannya untuk bermain futsal. Diharapkan daerah lain pun bisa menata kawasan TPA seperti di Rawa Kucing.

Limbah kopi

Dalam sehari, 1.000 ton sampah yang dihasilkan warga dan industri di Kota Tangerang masuk ke TPA Rawa Kucing. Sementara masih ada sekitar 300 meter kubik sampah per hari yang diolah di tingkat warga, sampah bernilai ekonomi yang ditampung bank sampah dan selebihnya ditangani oleh komunitas warga. Namun, tetap ada sebagian sampah warga yang dibuang ke kali dan saluran air.

Dengan volume sampah seperti sekarang, dalam lima tahun ke depan TPA Rawa Kucing sudah kelebihan kapasitas. Untuk itu, Pemerintah Kota Tangerang meningkatkan upaya pengolahan sampah di tingkat lingkungan permukiman warga.

Sekretaris Dinas Kebersihan Kota Tangerang Sugiharto Achmad Bagja mengatakan, pihaknya menggenjot penggunaan teknologi fermentasi dengan menggunakan limbah kopi untuk mempercepat proses pengolahan sampah menjadi pupuk kompos.

Dinas kebersihan mencoba membandingkan tumpukan sampah yang dilapisi limbah kopi dengan yang dilapisi sekam. Pada hari ke-27, sampah setinggi 1,5 meter yang diberi kopi susut hingga tersisa tumpukan setinggi 40 sentimeter. Sementara sampah yang menggunakan lapisan sekam susut hingga 50 sentimeter. Dekomposisi sampah terbukti lebih cepat dengan limbah kopi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Megapolitan
Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Megapolitan
Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Megapolitan
Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Megapolitan
NIK KTP Bakal Jadi Nomor SIM Mulai 2025

NIK KTP Bakal Jadi Nomor SIM Mulai 2025

Megapolitan
Polisi Buru Penyuplai Sabu untuk Caleg PKS di Aceh

Polisi Buru Penyuplai Sabu untuk Caleg PKS di Aceh

Megapolitan
Tiang Keropos di Cilodong Depok Sudah Bertahun-tahun, Warga Belum Melapor

Tiang Keropos di Cilodong Depok Sudah Bertahun-tahun, Warga Belum Melapor

Megapolitan
Polri Berencana Luncurkan SIM C2 Tahun Depan

Polri Berencana Luncurkan SIM C2 Tahun Depan

Megapolitan
Caleg PKS Terjerat Kasus Narkoba di Aceh, Kabur dan Tinggalkan Istri yang Hamil

Caleg PKS Terjerat Kasus Narkoba di Aceh, Kabur dan Tinggalkan Istri yang Hamil

Megapolitan
'Call Center' Posko PPDB Tak Bisa Dihubungi, Disdik DKI: Mohon Maaf, Jelek Menurut Saya

"Call Center" Posko PPDB Tak Bisa Dihubungi, Disdik DKI: Mohon Maaf, Jelek Menurut Saya

Megapolitan
Polisi: Ada Oknum Pengacara yang Pakai Pelat Palsu DPR

Polisi: Ada Oknum Pengacara yang Pakai Pelat Palsu DPR

Megapolitan
Pemprov DKI Razia 2.070 Pengemis dan Gelandangan Sejak Awal 2024

Pemprov DKI Razia 2.070 Pengemis dan Gelandangan Sejak Awal 2024

Megapolitan
Caleg PKS Asal Aceh Dapat Sabu dari Malaysia, Dikemas Bungkus Teh China

Caleg PKS Asal Aceh Dapat Sabu dari Malaysia, Dikemas Bungkus Teh China

Megapolitan
KAI Commuter Line: Tak Ada Korban Dalam Kecelakaan KRL dan Sepeda Motor di Ratu Jaya Depok

KAI Commuter Line: Tak Ada Korban Dalam Kecelakaan KRL dan Sepeda Motor di Ratu Jaya Depok

Megapolitan
Banyak Remaja Nongkrong di Bundaran HI hingga Dini Hari, Polisi Minta Orangtua Awasi

Banyak Remaja Nongkrong di Bundaran HI hingga Dini Hari, Polisi Minta Orangtua Awasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com