JAKARTA, KOMPAS - Kehebohan hari-hari ini bagi warga Kota Jakarta dan Bandung adalah wajah kota yang semakin cantik. Mereka seperti mimpi ketika kotanya ternyata bisa juga rapi dan indah. Foto-foto sudut kota yang mendadak cantik-campernik itu segera saja menghiasi media sosial. Warga senang dan berfoto selfie di sudut-sudut kota.
Jalan Asia Afrika, Bandung, dan sekitarnya, misalnya, tampil seperti kota impian. Trotoar lebar dan bangku-bangku taman di atasnya menghadirkan rasa nyaman bagi para pejalan kaki. Gedung-gedung bergaya art deco di sekitarnya dicat rapi, dan sorotan lampu pada sore hari membuat kota makin cantik.
Jakarta juga demikian. Tiba-tiba saja Jalan MH Thamrin dan Bundaran Hotel Indonesia (HI), yang pada hari biasa seperti tempat parkir kendaraan, mendadak lengang. Foto-foto pemandangan "Jakarta yang dirindukan", yang nyaman dan bebas macet, segera menyebar di berbagai media sosial. Path, Instagram, WhatsApp, dan Facebook dipenuhi foto-foto selfie, orang senang berjalan kaki atau bersepeda di kawasan yang tiba-tiba rapi dan "manusiawi" tersebut.
Perubahan tiba-tiba Kota Jakarta dan Bandung yang seperti simsalabim itu tak lain karena kedua kota itu tengah menjadi tuan rumah Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 19-26 April. Sebagai tuan rumah yang baik, wajar dan seperti menjadi keharusan untuk beres-beres merapikan rumahnya, kotanya.
Dinas Kebersihan DKI Jakarta mengerahkan ribuan petugas untuk menjaga kebersihan dan keindahan kota selama KAA berlangsung. Mereka juga mengerahkan 21 unit mesin penyapu jalan dengan kapasitas hingga 5.000 liter.
Para petugas itu difokuskan bekerja di jalan-jalan yang dilewati delegasi peserta KAA. Pendek kata, jalan dari Bandara Halim Perdanakusuma dan Bandara Soekarno-Hatta menuju hotel-hotel tempat peserta menginap harus cling!
Bahwa di bagian lain Jakarta lalu lintas macet hebat dan trotoar masih memprihatinkan, itu soal lain.
Demikian juga dengan Bandung. Pemerintah Kota Bandung tak hanya mengerahkan petugas kebersihan, tetapi Wali Kota Ridwan Kamil juga mengajak warga bergotong royong membersihkan kotanya. Warga pun menyambut dengan antusias.
Pada Selasa dan Rabu (22/4) lalu, Kompas juga menemukan pemandangan trotoar yang nyaman di Balikpapan, Kalimantan Timur. Ruas Jalan Sudirman, Balikpapan, terlihat rapi dengan fasilitas untuk pedestrian yang memadai.
Di ruas dalam kota itu juga tak ditemukan pedagang kaki lima (PKL) atau sepeda motor yang mengokupasi trotoar sehingga menyulitkan para pejalan kaki. Tata kota secara umum juga terlihat rapi dan nyaman.
Kondisi Kota Balikpapan seperti itu sudah lama berlangsung, bukan karena menyambut keriaan semacam KAA di Jakarta dan Bandung. Tidak heran jika "Kota Minyak" ini 17 kali mendapatkan Penghargaan Adipura sebagai kota terbersih. Balikpapan juga mendapatkan penghargaan sebagai kota terbersih dari ASEAN Environmentally Sustainable Cities Award 2014 yang berlangsung di Loa Plaza Hotel, Laos, tahun lalu.
Satu hal yang bisa dipetik dari kisah di sekitar lokasi KAA di Jakarta dan Bandung, dan kerapian Balikpapan, adalah, ternyata mewujudkan kota yang rapi, cantik, dan nyaman bukan sesuatu yang tidak mungkin.
Tak usah muluk-muluk. Jika trotoar yang baik dan bersih dari okupasi PKL atau sepeda motor saja sudah terwujud, tak perlu lagi ada "kosmetik sesaat" kota yang (seolah-olah) rapi hanya karena kedatangan tamu penting dari luar negeri atau ada acara bertaraf internasional. Jakarta bukan sekadar Jalan Jenderal Sudirman, Bundaran HI, Jalan Thamrin, hingga kawasan Taman Monas, bukan?
Demikianlah, salah satu ciri pemerintah kota memanusiakan warganya bisa dilihat dari bagaimana kondisi trotoarnya.
----------
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.