Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kok Bisa-bisanya Ahok Mengancam Pecat Tanpa Klarifikasi dan Bukti"

Kompas.com - 17/05/2015, 15:02 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Bantuan Hukum (LBH) menyesalkan ucapan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang beberapa waktu lalu melontarkan ancaman pemecatan terhadap Kepala SMA Negeri 3 Retno Listyarti. Sebab, ancaman dilontarkan tanpa adanya klarifikasi terhadap dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Retno.

"Kita tahu sehari setelah dituduh keluyuran, ada statement Gubernur Ahok yang melontarkan ancaman pemecatan. Kok bisa-bisanya Ahok melontarkan pemecatan tanpa klarifikasi dan bukti, tiba-tiba mau langsung pecat," ujar kata Kepala Bidang Penanganan Kasus LBH Jakarta Muhammad Isnur, di kantornya, Minggu (17/5/2015).

Tidak hanya itu, LBH juga menyesalkan pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Arie Budiman yang menyebut Retno tidak mengambil naskah soal ujian nasional (UN) pada Selasa (14/4/2015). Faktanya, kata Isnur, Retno telah menjalankan tugasnya itu.

"Apa pemberitaan yang tidak benar. Karena Bu Retno sudah mengambil naskah ujian nasional di sekolah sub rayon sejak pagi. Dia bahkan sudah berada di SMA 3 pukul 05.30, lebih cepat sejam dari kewajibannya," ujar Isnur.

Pada kesempatan yang sama, Retno kembali menceritakan kronologi kejadian. Ia mengatakan semuanya bermula saat ia diundang pada tanggal 14 April untuk menjadi pembicara dalam talkshow di sebuah stasiun televisi dalam kapasitasnya sebagai Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI).

Ada pun tema yang akan dibahas adalah mengenai dugaan kebocoran soal UN. Menurut Retno, pada awalnya wawancara disepakati berlokasi di SMA 70, yang merupakan sub rayon dari SMA 3 sekaligus tempat Retno mengambil soal.

Namun pada pagi harinya terjadi perubahan tempat, yakni menjadi di SMA Negeri 2. Sebab, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan dijadwalkan akan hadir di sekolah tersebut. Menurut Retno, setelah dari SMAN 70, ia masih sempat mampir terlebih dahulu ke SMAN 3 untuk menaruh soal.

"Saat saya dijemput sopir TV One untuk diantar ke SMA 2, saya sudah berkoordinasi dengan Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum untuk meng-handle sekolah selama satu jam saya pergi. Waktu itu saya belum tahu akan hadir Presiden dan Gubernur. Karena di era M Nuh (Mendikbud sebelumnya), kunjungan seperti itu hanya dilakukan oleh Menteri," ujar Retno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com