Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Transaksi Penjualan Ijazah Palsu di Jakarta

Kompas.com - 27/05/2015, 06:18 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekilas melihat deretan kios yang berada di sudut perempatan Jalan Pramuka mungkin orang akan menilai bahwa di sana adalah pusat pasar jasa percetakan. Siapa sangka itu hanya tampilan luarnya. Di dalam pasar tersebut berjalan bisnis ilegal penyedia jasa pembuatan ijazah palsu.

Kebenaran tersebut terungkap dari keterangan salah satu pembuat ijazah palsu yang menempati sebuah kios di dalam pasar tersebut, sebut saja Mr X. Melalui seorang sumber, Kompas.com dapat menemui Mr X setelah membuat penyamaran untuk memesan ijazah dari sebuah perguruan tinggi di Jakarta.

Janji dilakukan dengan menghubungi yang bersangkutan. Mr X setuju bertemu, tetapi menolak untuk ditemui di kiosnya di dalam pasar tersebut. Kios Mr X ada di sudut paling belakang pasar. Alasannya mengenai situasi keamanan saat ini.

"Sekarang situasi lagi enggak aman. Lihat di berita, kan. Makanya saya enggak mau ketemuan di lokasi," kata Mr X saat bertemu di sebuah tempat di Jakarta Timur, Selasa (26/5/2015).

Dalam pertemuan dengan Mr X, Kompas.com menyatakan diri sebagai perantara seorang kenalan yang butuh ijazah S-1 dari sebuah universitas di Jakarta. Mr X kemudian sedikit menggali informasi tentang kampus yang dimaksud dengan bertanya-tanya, misalnya fakultas, termasuk kebutuhan klien yang memesan ijazah tersebut untuk apa.

"Oh, itu untuk kenaikan pangkat," sambar dia.

Mr X menyanggupi membuat pekerjaan itu meski sempat meminta tolong untuk disediakan contoh ijazah almamater kampus klien. Namun, ia sendiri membatalkan sarannya dengan menyanggupi. Menurut Mr X, ia tak memiliki orang dalam kampus untuk mengerjakan ijazah aspal darinya itu. "Enggak, saya enggak ada orang kampus," ujarnya.

Mr X kemudian menyebut persyaratan lain, yakni minta disediakan pasfoto ukuran 3 x 4 dan fotokopi KTP klien untuk dikirim melalui e-mail. Dirinya menjanjikan ijazah akan jadi dalam waktu dua hari. "Ini e-mail saya," ujar Mr X.

Mr X memberikan petunjuk bahwa ijazah itu nantinya adalah aspal alias asli tapi palsu. Namun, ia menjamin ijazah bikinannya 90 persen mendekati aslinya. Untuk itu, dia menyarankan agar ijazah tersebut nantinya tidak digunakan dalam melamar lagi di kantor pemerintahan.

"Susah di pemerintahan, itu biasanya ketat. Tapi kalau teman kamu swasta, saya jamin aman," kata Mr X.

Perbincangan kemudian berlanjut ke masalah harga. Mulanya, Mr X memberikan penawaran Rp 4 juta, tetapi akhirnya turun dan mentok di harga Rp 3 juta.

"Itu sudah standar. Dibayar sekarang saja, biar dua hari saya kerjakan langsung jadi," ujar Mr X.

Ia menjanjikan identitas klien aman, termasuk bila ada urusan hukum. Ia mengklaim akan menjaga rahasia kliennya bila dirinya sendiri berurusan dengan hukum. Sementara bagi kliennya, ia menjamin bahwa bila ketahuan maka kliennya tak akan berurusan dengan hukum. "Paling-paling dipecat," ujarnya.

Informasi yang dihimpun Kompas.com, praktik ilegal ini diketahui eksis sejak lama di beberapa kios percetakan yang ada di dalam pasar yang masuk wilayah Salemba, Jakarta Pusat, dan berbatasan dengan Matraman, Jakarta Timur itu. Salah satu yang paling lama diketahui sejak tahun 1999.

Namun, kegiatan mereka selalu disamarkan dengan usaha-usaha percetakan dan pengetikan. Misalnya, melalui jasa pengetikan skripsi, penerjemah bahasa, editing, percetakan dan jilid, serta pengurusan dokumen dan lainnya. Karena begitu tersamar, suasana di dalam pasar ini akan terasa tak bersahabat bagi pengunjung yang "tidak berkepentingan".

Ini juga terdengar dari bisik-bisik warga di dalam pasar yang masih menggunjingkan soal "ada yang ditangkap kemarin sehingga mesti hati-hati". Terkadang, penghuni di dalam pasar mengamati para pengunjungnya yang datang.

Awal pekan lalu, Polda Metro Jaya menggerebek pasar tersebut. Dua orang pembuat ijazah palsu ditangkap. Tetapi, praktik itu masih saja terjadi. Memasuki lorong-lorong sempit di dalam pasar tersebut, puluhan petak kios percetakan menjamur.

Para operator komputer tampak sibuk melayani kliennya. Beberapa terlihat tengah mengedit kepala surat atau kop surat, mengetik, dan lainnya. Hampir semua pemilik lapak kios di sana bergerak di bidang usaha yang seragam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Megapolitan
Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Megapolitan
3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Megapolitan
Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Megapolitan
BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

Megapolitan
Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Megapolitan
Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Megapolitan
Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Megapolitan
Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Megapolitan
Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Megapolitan
Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Megapolitan
KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

Megapolitan
Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Megapolitan
Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com