Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka Rela Lompat Tembok Beton demi Ibadah di Masjid

Kompas.com - 18/06/2015, 08:15 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Adzan Isya berkumandang pada malam pertama Ramadhan, Rabu (17/6/2015). Pertanda, ibadah shalat Isya akan dilanjutkan dengan tarawih. Antusiasme para warga Jalan H Tholib, Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan terlihat dalam menyambut Bulan Suci itu.

Mereka tampak berbondong-bondong berjalan dari rumah mereka yang terletak di gang sempit di Jalan H Tholib menuju Masjid Al Futuwwah. Masjid itu terletak di tanah sisi ujung jalan tersebut.

Sejak 2013 lalu, area di sekitar masjid ditumbuhi pagar beton setinggi hampir 3 meter. Alhasil kebanyakan warga harus rela memutar lebih jauh untuk menuju masjid. Dengan begitu, mereka memakan waktu lebih lama, yakni sekitar 15 menit berjalan kaki.

"Sekarang lumayan, sudah dibuka sebagian dan dibikin jalan setapak di sana. Dulu benar-benar semuanya dibeton," ujar Vina (19), seorang warga yang masih mengenakan mukenanya sambil menunjuk satu sudut tembok yang berlawanan dengan masjid berada.

Dengan dibukanya jalan setapak itu, kata Vina, warga masih bisa menuju masjid itu dengan cara yang wajar. Namun sekitar satu hingga dua tahun lalu, warga terpaksa memasang tangga pada tembok. Tangga bambu sengaja disandarkan pada tembok untuk menjadi alat bantu melewati tembok. Sebagian anak-anak bahkan memanjat dan melompat.

Diakui Gunawan (15), salah satu warga, aksi itu berbahaya. Namun, itulah yang harus mereka lakukan untuk memotong jalan. "Kalau enggak begitu jauh, Kak, harus memutar. Tetapi lompat itu sudah enggak bisa lagi sekarang, karena sudah dipasangi beling di atas tembok. Ada juga kawat duri," kata pelajar Sekolah Al Kautsar, Blok A, Petogogan itu.

Di hampir semua sisi, tembok tersebut memang dipasangi becahan kaca dan kawat berduri. Sejak itu, nyali warga semakin ciut untuk melompati tembok. Mereka pun lebih memilih mengambil jalan memutar, tetapi aman. Daripada harus mengorbankan keselamatan terkena benda tajam.

Dalam beberapa kesempatan, remaja-remaja setempat bahkan berupaya mencopot kawat berduri. Meskipun aksi itu sebenarnya sia-sia karena tak lama kemudian kawat berduri kembali bercokol.

Irfan (13), salah satu "pelompat ulung" pun sudah tidak berani melompati tembok. Namun, ia belum puas dengan dibukanya jalan setapak yang jauh dari masjid. Ia berharap, tembok beton itu segera diruntuhkan supaya ia dan teman-temannya tidak lagi kesulitan menuju masjid.

Walaupun masjid di kawasan tempat tinggalnya tidak hanya itu, tetapi harus diakui Masjid Al Futuwwah lah yang paling dekat. "Sebenarnya ada juga Masjid An Nur, tetapi ini yang paling dekat ya ini. Sejak masjidnya masih jadi mushola, warga sini sudah biasa shalat di sini," ungkapnya.

Kisah sulitnya akses menuju mesjid itu bermula pada 2013. Seorang pengembang bernama Ichsan Thalib yang merupakan Direktur PT FIM Jasa Ekatama membeli lahan warga seluas 2.000 meter persegi di daerah tersebut. Namun ada sekitar 150 meter persegi lahan di satu sudut tanah yang belum dibeli. Sebab, pemilik tanah yang bernama Muhammad Sanwani Naim menolak untuk menjualnya.

Apalagi, ia sudah bertekad mendirikan masjid dan pesantren di atas tanah hasil perjuangan ayahnya itu. Pembangunan masjid pun sudah dimulai. Sebuah menara setinggi hampir 20 meter sudah berdiri, meski belum selesai dibangun.

Bangunan masjid dan pesantren juga telah berdiri meski masih jauh dari sempurna. Bangunan tersebut masih tampak seperti pondasi. Tetapi, lantai satu bangunan sudah dipasangi lantai kramik, karpet, dan lampu sehingga bisa digunakan untuk shalat. Ada pula deretan kran yang bisa digunakan untuk berwudhu.

Pengeras suara masjid pun berfungsi dengan baik sehingga suara adzan dan alunan bait-bait Al-Quran bisa terdengar di kawasan itu. Ichsan sempat bernegosiasi untuk membeli lahan ini. Namun, Sanwani tidak menyambut niat tersebut.

"Akhirnya membuat tembok beton di sekeliling tanah mereka. Otomatis, akses ke masjid tertutup," ujar Sanwani.

Pria itu sudah berupaya meminta mediasi ke Pemerintah Kota Jakarta Selatan. Namun, setelah dimediasi pun pemilik lahan enggan membukanya. Mediasi hanya membuahkan hasil dibukanya sedikit tembok untuk jalan setapak yang hanya bisa dilalui pejalan kaki dan sepeda motor. Hingga kini, belum ada yang mengalah dari kedua belah pihak. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com