Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Bus Gandeng Bisa Angkut 161 Penumpang, Kini Hanya 113

Kompas.com - 11/08/2015, 08:31 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Berdasarkan stiker-stiker kir yang menempel di bus-bus transjakarta, terdapat perbedaan kapasitas yang cukup jauh antara bus-bus generasi lama dan bus baru. Hal itu berdasarkan pengamatan Kompas.com di Koridor IX pada Senin (10/8/2015).

Apabila melihat stiker kir bus-bus gandeng lama, seperti bus merek Komodo dan Inobus (pengadaan sebelum 2010), akan tertera keterangan yang menyatakan bus-bus tersebut memiliki kapasitas hingga 161 penumpang. Namun, hal berbeda terlihat pada bus merek Zhong Tong (pengadaan 2013) yang hanya memiliki kapasitas 113 penumpang.

"Dulu memang boleh mengangkut sampai 161 penumpang, sekarang cuma 113," kata Direktur Institute for Transportation and Development Study (ITDP) Indonesia, Yoga Adiwinarto, kepada Kompas.com.

Menurut Yoga, adanya perbedaan tersebut disebabkan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2012. Salah satu isi peraturan tersebut menyatakan, bus gandeng hanya boleh memiliki berat maksimum (JBB) maksimal 26.000 kg atau setara dengan 26 ton. "Kalau dulu bisa sampai 30-31 ton," ujar dia.

Bila melihat pada draf PP Nomor 55 Tahun 2012, aturan mengenai berat maksimum tertera pada Pasal 5 ayat 3 poin e, yang menyatakan bus gandeng hanya boleh memiliki berat 22.000-26.000 kilogram (22-26 ton). JBB merupakan salah satu hal yang menjadi acuan dalam penentuan kapasitas kendaraan, terutama kendaraan umum.

Selain JBB, hal lain yang menentukan adalah berat maksimum kendaraan bermotor berikut muatannya yang diizinkan berdasarkan kelas jalan yang dilalui (JBI) dan berat kendaraan tanpa diisi muatan apa pun (berat kosong).

Berdasarkan peraturan tersebut, JBI tidak boleh melebihi JBB. Angka JBI nantinya akan dikurangi berat kosong, yang hasilnya kemudian dibagi 60. Angka 60 didapat berdasarkan berat rata-rata orang. Hasilnya, itulah yang menjadi kapasitas resmi kendaraan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Megapolitan
Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com