Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya Gelar Sarjana Rela Antre Berjam-jam untuk Daftar Go-Jek

Kompas.com - 12/08/2015, 10:06 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Meski bergelar sarjana, Idat (32), tidak takut harus bekerja menantang teriknya matahari di Jakarta sambil mengantarkan penumpang ke tempat tujuan.

Warga Slipi, Jakarta Barat, itu rela antre berdesak-desakan dengan ribuan pendaftar lain untuk mengikuti rekrutmen sebagai rider (pengemudi) Go-Jek, salah satu perusahaan aplikasi untuk memanggil ojek, di Hall Basket Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (11/8/2015) siang. Dari ribuan pendaftar, Go-Jek akan membatasi sampai 4.000 orang. Dari jumlah itu, sebagian besar berpendidikan sarjana.

Ketertarikan Idat bergabung dengan para pengojek lain lantaran pendapatannya cukup besar bagi ukuran Idat, yakni Rp 5 jutaan per bulan.

"Saya memang ingin ikut Go-Jek, soalnya kata teman-teman yang sudah ikut, di sana gajinya bisa dua-tiga kali lipat dari gaji saya di kantor," kata pria yang mengenakan kemeja hijau itu.

Idat yang masih hidup melajang tersebut mengatakan, gajinya di kantor tempat dia bekerja sekarang hanya Rp 2,7 juta. Belum lagi, kata Idat, jika rajin mencari penumpang, ia bisa mendapatkan tambahan bonus.

Ketika ditanya apakah tidak malu lulusan sarjana harus bekerja mengojek di Jakarta, pria itu mengaku tak perlu malu mencari uang dengan cara apa pun. "Kenapa harus malu, Mbak, yang penting kan ini uangnya lebih banyak dan halal," katanya.

Idat mengaku, menjadi rider ojek cukup mudah. Pasalnya, persyaratannya hanya surat-surat motor yang lengkap, seperti STNK dan SIM, serta kendaraan yang dapat berfungsi dengan baik. "Motor saya semuanya masih berfungsi, lampu, dan rem juga bagus," kata pemilik motor matik tersebut.

Sementara itu, pendaftar lain, yakni lulusan sarjana ekonomi perguruan tinggi swasta di Jakarta yang enggan disebut namanya, mengaku kepada Warta Kota ingin menambah pendapatan. Karena itu, ia mau menjadi rider ojek.

"Kalau saya sih ingin menambah pendapatan. Lumayan kan kalau gaji saya bisa tambah Rp 5 juta-Rp 6 juta per bulan, belum lagi dapat HP juga," kata pria yang bekerja sebagai pegawai bank swasta itu.

Menurut pria yang baru saja menikah itu, gajinya yang di atas UMR masih dianggap kurang oleh sang istri. Oleh karenanya, dia tidak malu jika bergabung menjadi tukang ojek berbasis aplikasi tersebut.

"Buat istri di rumah. Istri bilang gaji saya kurang," kata pria yang tampil necis berkemeja dipadu celana bahan dan sepatu pantopel tersebut.

Tugasnya sehari-hari di kantor adalah menjadi staf penagih untuk kartu kredit. "Walaupun saya setiap hari kerja adem di ruangan ber-AC, kerjaan saya sehari-hari bikin stres, bawaannya emosi melulu karena nagih utang ke nasabah. Saya pengen penghasilan dan gaji gede, makanya saya ikut melamar di sini," ujarnya.

Dia menambahkan, meski memiliki jam kerja tetap di kantornya mulai pukul 08.00-17.00, dia yakin masih bisa bekerja menjadi pengemudi Go-Jek.

"Bisalah, pas berangkat saya sekalian ngojek. Pulangnya saya ngojek juga. Kalau pas jam kerja, saya tutup aplikasinya, jadi kan nggak terdeteksi ada Go-Jek kosong," ujarnya.

Pendaftar

Ribuan orang ikut serta memadati lokasi pendaftaran Go-Jek di Senayan, Jakarta Pusat, tersebut sehingga memacetkan arus lalu lintas di jalan sekitarnya. Orang-orang yang hendak menjadi rider Go-Jek ini pun bersaing tak kenal jenjang pekerjaan.

Mulai dari pengangguran, office boy kantoran, mahasiswa, hingga karyawan bank pun ikut mendaftar. Mereka rela antre berjam-jam demi mendapatkan penghasilan cukup besar untuk ukuran mereka. Pendaftar yang datang dari berbagai tempat di Jakarta dan sekitarnya itu pun tidak segan-segan untuk mengubah profesinya menjadi tukang ojek.

Seperti diberitakan, PT Go-Jek Indonesia meluncurkan aplikasi Go-Jek sejak Januari 2015 dan mendapat sambutan luar biasa dari konsumen. Go-Jek mencapai prestasi sejuta order pada Juli 2015.

Pendiri sekaligus CEO Go-Jek, Nadiem Makarim, beberapa waktu lalu mengatakan, sampai Juli lalu, jumlah pengojek yang telah bergabung dengan Go-Jek mencapai 15.000 orang. Jumlah ini akan terus bertambah. (m1/m2)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com