Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air PDAM Mati sejak Kemarin, Warga Tangerang Andalkan Air Tanah

Kompas.com - 12/08/2015, 11:47 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Sejumlah tempat di Tangerang Raya masih belum mendapatkan air bersih dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) setempat sejak Selasa (11/8/2015) kemarin. Baik di Tangerang Kota sampai di Kabupaten Tangerang, air sama sekali tidak mengalir dari keran tiap-tiap rumah.

Pantauan Kompas.com di Kelurahan Sangiang Jaya, Kecamatan Periuk, Tangerang Kota, tepatnya di RT 08 RW 11, warga mengantre berjam-jam untuk mengambil air tanah di sebuah mushala.

Hal itu dilakukan karena tidak ada pilihan lain selain menggunakan air tanah yang masih tersedia untuk kebutuhan sehari-hari.

"Tadinya saya mah beli-beli air minum terus. Sudah kayak orang kaya saja ini. Pas ketemu satpam tadi, dikasih tahu air di mushala sini nyala, pakai air satelit (air tanah), ya sudah ikut antre," kata Nila (46), salah satu ibu rumah tangga yang ikut ambil air kepada Kompas.com, Rabu (12/8/2015).

Sejak air PDAM mati kemarin, Nila menghabiskan biaya sampai Rp 200.000 untuk membeli air minum yang satu galonnya dihargai sampai Rp 50.000. Meski air yang dibeli terbatas, Nila memutuskan tetap membeli karena kebutuhan untuk memasak dan mandi keluarganya.

Air isi ulang, yang lebih murah, pun sudah habis sejak kemarin siang. Warga langsung menyerbu beberapa tempat penjualan air isi ulang yang segalonnya dihargai Rp 3.000. Sampai sekarang, warga hanya bisa bertahan menggunakan air tanah.

Tidak hanya di Kecamatan Periuk, sejumlah kecamatan lain seperti Kecamatan Benda yang lokasinya dekat dengan Bandara Soekarno-Hatta sudah masuk hari ke lima tidak ada air.

Bagian humas PDAM Tirta Benteng Firman mengungkapkan, pihaknya telah mengirimkan sejumlah mobil tangki untuk menyuplai kebutuhan air bersih.

Namun upaya ini masih terbatas mengingat luasnya wilayah yang perlu dibantu. "Kita hari ini bantu di daerah Benda dulu. Daerah lain tunggu arahan pimpinan saja," tutur Firman.

Warga berharap, kondisi ini bisa cepat berlalu. Tidak adanya air berdampak pada sejumlah usaha, seperti tempat makan yang memilih tutup karena tidak ada air bersih sehingga warga jadi ikut susah mencari makan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com