Pantauan Kompas.com di Kelurahan Sangiang Jaya, Kecamatan Periuk, Tangerang Kota, tepatnya di RT 08 RW 11, warga mengantre berjam-jam untuk mengambil air tanah di sebuah mushala.
Hal itu dilakukan karena tidak ada pilihan lain selain menggunakan air tanah yang masih tersedia untuk kebutuhan sehari-hari.
"Tadinya saya mah beli-beli air minum terus. Sudah kayak orang kaya saja ini. Pas ketemu satpam tadi, dikasih tahu air di mushala sini nyala, pakai air satelit (air tanah), ya sudah ikut antre," kata Nila (46), salah satu ibu rumah tangga yang ikut ambil air kepada Kompas.com, Rabu (12/8/2015).
Sejak air PDAM mati kemarin, Nila menghabiskan biaya sampai Rp 200.000 untuk membeli air minum yang satu galonnya dihargai sampai Rp 50.000. Meski air yang dibeli terbatas, Nila memutuskan tetap membeli karena kebutuhan untuk memasak dan mandi keluarganya.
Air isi ulang, yang lebih murah, pun sudah habis sejak kemarin siang. Warga langsung menyerbu beberapa tempat penjualan air isi ulang yang segalonnya dihargai Rp 3.000. Sampai sekarang, warga hanya bisa bertahan menggunakan air tanah.
Tidak hanya di Kecamatan Periuk, sejumlah kecamatan lain seperti Kecamatan Benda yang lokasinya dekat dengan Bandara Soekarno-Hatta sudah masuk hari ke lima tidak ada air.
Bagian humas PDAM Tirta Benteng Firman mengungkapkan, pihaknya telah mengirimkan sejumlah mobil tangki untuk menyuplai kebutuhan air bersih.
Namun upaya ini masih terbatas mengingat luasnya wilayah yang perlu dibantu. "Kita hari ini bantu di daerah Benda dulu. Daerah lain tunggu arahan pimpinan saja," tutur Firman.
Warga berharap, kondisi ini bisa cepat berlalu. Tidak adanya air berdampak pada sejumlah usaha, seperti tempat makan yang memilih tutup karena tidak ada air bersih sehingga warga jadi ikut susah mencari makan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.