"Saya mewakili para alumni IPDN, menyayangkan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo agar IPDN dibubarkan. Kami cukup kaget, ada seorang gubernur, sampai melontarkan usul pembubaran IPDN," ujar Arief melalui keterangan tertulisnya, Selasa (8/9/2015).
Arief menilai, mungkin Ahok tidak paham mengenai sejarah berdirinya IPDN. Arief mengatakan bahwa IPDN sudah ada sejak zaman Presiden pertama RI Soekarno memimpin Indonesia.
Mencoba berbaik sangka, Arief mengatakan, mungkin Ahok sedang pusing memikirkan masalah di Jakarta. Sehingga, ucapan seperti itu terlontar dari Ahok.
Arief menambahkan jika memang alumnus IPDN telah berbuat kesalahan, seharusnya Ahok tidak menyamaratakan begitu saja. Akibat kesalahan beberapa oknum, bukan berarti seluruh lembaga IPDN bobrok.
Arief juga mengingatkan bahwa DKI Jakarta hanya sebagian kecil dari Indonesia yang luas ini. Bukan hanya DKI Jakarta yang menggunakan alumnus IPDN, melainkan juga daerah-daerah di seluruh Indonesia.
"Karena faktanya sekarang ini, tidak hanya Provinsi Jakarta yang memakai lulusan IPDN. Namun, semua pemerintahan daerah di Indonesia, memakai lulusan IPDN. Bahkan, tak hanya itu, lulusan IPDN tersebar sampai level terendah pemerintah, menjadi camat atau lurah," ujar Arief.
"Kami sangat menyayangkan Ahok sampai mengeluarkan pernyataan seperti itu. Meski begitu, itu adalah hak seorang Ahok, berpendapat dan mengusulkan pembubaran IPDN. Tapi, sebagai alumni IPDN, kami sangat kecewa dan terluka dengan pernyataan itu," ujar Arief.
Akan tetapi, Arief meminta kepada para alumni IPDN untuk tidak emosi menanggapi pernyataan Ahok. Arief meminta alumni IPDN tetap bekerja sebaik-baiknya. Arief pun yakin lulusan IPDN masih dibutuhkan di negara ini.
"Rakyat dan pemerintah pasti bisa menilai, apakah statemen seorang gubernur Ahok mampu mengalahkan kepuasan ratusan pemimpin pemerintahan daerah, baik provinsi, kabupaten dan kota atas kinerja pamong praja yang tersebar di seluruh Indonesia," ujar Arief.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.