Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Debit Nol di Bendung Ciliwung Katulampa

Kompas.com - 23/09/2015, 15:03 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Hingga Selasa (22/9), papan mercu atau parameter ukur debit air di Bendung Ciliwung Katulampa, Bogor, menunjukkan angka nol. Debit nol sudah terjadi sejak awal Juli 2015. Akibatnya, amat sedikit air yang dialirkan untuk industri, permukiman, dan pertanian lewat Kali Baru dan Ciliwung.

Selama September 2015, menurut catatan petugas Bendung Ciliwung Katulampa, hujan sempat turun pada Selasa (8/9) dengan curah 25 milimeter, Minggu (13/9) dengan curah 31 milimeter, dan Senin (21/9) dengan curah 14 milimeter. "Tetap saja debit nol," kata Kepala Pengawas Bendung Ciliwung Katulampa Andi Sudirman.

Dengan debit nol, batu dan beton pemecah arus yang biasanya tertutup aliran air juga dasar sungai terlihat jelas. Kalangan warga memanfaatkan kekeringan ini untuk mengambil pasir, batu, atau memancing di beberapa lubuk (kedung) yang tergenang.

Air memang masih ada, tetapi sedikit yang mengalir dari hulu ke hilir. Sebelum mencapai papan mercu, debit air mengalir 1.500 liter per detik. Debit akan naik jika di hulu hujan sehingga air menggelontor ke hilir. Biasanya, saat normal, debit air 4.000 liter per detik. Saat musim hujan, debit air mengalir tembus 20.000 liter per detik.

Sementara kawasan bendung yang dibangun pada 1912 oleh Belanda merupakan dua struktur pengairan, yaitu Pintu Air Kali Baru dan Bendung Ciliwung Katulampa. Kali Baru merupakan sodetan dari Ciliwung buatan Belanda yang awalnya untuk pelayaran, tetapi akhirnya berfungsi untuk pengairan dan industri.

Kekeringan tahun ini merupakan yang terparah sejak 1997. Saat itu, debit air hanya 1.000 liter per detik. Pada musim kemarau 2014, debit air masih lumayan, yakni 3.000 liter per detik.

Ketua Ciliwung Institute Sudirman Asun mengatakan, kekeringan di Ciliwung menunjukkan kerusakan kawasan hijau di sepanjang daerah aliran sungai, termasuk di kawasan hulu. Semua kawasan tangkapan air terusik. "Itu memicu konflik," katanya.

Sutedja, Ketua Rungkun Awi sekaligus pegiat Komunitas Peduli Ciliwung dari kawasan hulu di Cisarua, Kabupaten Bogor, mengeluhkan hal sama. Kekeringan telah menyerang kawasan hulu sehingga warga di sana berebut air dan memicu konflik horizontal.

Mutu air baku buruk

Hujan yang melanda Jakarta, Senin (21/9), tidak berdampak pada meningkatnya kualitas air baku di Kali Krukut dan Cengkareng Drain. Mutu air baku dari kedua sungai itu buruk sehingga kapasitas produksi di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak dan IPA Taman Kota turun.

Hingga kemarin, zat padat atau total dissolved solid (TDS) yang terlarut dalam air baku masih di atas 1.000 miligram per liter. Padahal, idealnya tak boleh melebihi 500 miligram per liter.

"Di IPA Taman Kota, kami sudah menggunakan sistem biofiltrasi atau pengolahan air bersih menggunakan bakteri. Namun, karena mutu air baku sangat rendah, kami belum bisa memproduksi air bersih secara normal. Kami terus memantau perkembangannya," ujar Meyritha Maryanie, Kepala Divisi Komunikasi PT PAM Lyonnaise Jaya (Jaya) di IPA Taman Kota, Selasa. (DEA/BRO)

-------

Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Rabu, 23 September 2015, dengan judul "Debit Nol di Bendung Ciliwung Katulampa".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com