Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Toleransi di Museum Cheng-Ho

Kompas.com - 10/11/2015, 20:19 WIB
Jodhi Yudono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
--Masih banyak warga Jakarta belum tahu bahwa kampung budaya pacinan di kompleks Taman Kebudayaan Indonesia-Tinghoa, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), kini menyimpan begitu banyak kisah heroik pahlawan dalam perjuangan melawan penjajah kolonial Belanda.

Sesuai dengan sebutannya sebagai taman budaya Tionghoa, maka pengunjung cepat menangkap kesan bahwa kawasan tersebut lebih menonjolkan kultur negeri Tirai Bambu. Apalagi di dalam kompleks tersebut berdiri kokoh patung Cheng Ho dan guru Khonghucu yang bagi etnis Tionghoa di Tanah Air tidak asing lagi.

Suasana kultur etnis Tionghoa semakin terasa kental tatkala pengunjung menyaksikan taman 12 sio dan bangunan-bangunan indah dengan tulisan huruf kanji dan nama donaturnya.

Kendati demikian, bangunan-bangunan yang merepresentasikan sebagai kawasan Tiongkok atau pacinan itu akan menyadarkan pengunjung bahwa mereka itu masih berada di Indonesia setelah menyaksikan patung burung Garuda dengan sayap lebar di tengah-tengah taman budaya tersebut.

Pengunjung sadar, bahwa bangunan indah di sekeliling itu hadir di Tanah Air sebagai perwujudan negeri ini yang majemuk, diikat dalam wadah Bhinneka Tunggal Ika dalam Negara Kesatuan RI.

Seperti juga bangunan lainnya yang ditempeli nama donatur atau sebagai penyumbang berdirinya bangunan antik khas Tiongkok tersebut, di bawah patung burung Garuda ditulis nama Sri Sultan Hamengkubuwono X. Di situ tertulis, bangunan ini sumbangan Sri Sultan Hamengkubuowono X.

Sebagai wujud ikatan persaudaraan, di Taman Budaya Tionghoa-Indonesia itu dilengkapi air mancur dengan bola dunia seberat dua ton. Ini adalah satu-satunya air mancur istimewa di TMII.

Bola dunia yang dapat berputar tatkala air mancur aktif, ditulis kalimat "Kita Semua Bersaudara" dengan huruf kanji, berbahasa Inggris dan Indonesia. Air mancur aktif ketika perkumpulan senam Tera melakukan kegiatannya di taman tersebut. Suasana pun menjadi tambah indah, segar dan damai sesuai dengan harapan pengelola taman tersebut.

"Kita aktifkan, agar suasana tambah segar," ungkap Teddy Yusuf, seorang purnawirawan beretnis Tionghoa yang sehari-hari mengurusi taman tersebut. Ia juga menjadi pengurus dan motivator bagi peserta senam Tera untuk menjaga kebugaran tubuh para anggotanya.

Kehadiran Taman Budaya Tionghoa-Indonesia kini makin terasa istimewa. Pasalnya, setiap saat, siapa pun yang berkunjung ke kawasan tersebut selain dapat menikmati keindahan kompleks taman budaya dengan segala keistimewaan arsitekturnya, juga dapat menyaksikan jejak pahlawan dari para pejuang etnis Tionghoa bersama pejuang lainnya di berbagai daerah dalam membela negara kesatuan Republik Indonesia.

Museum Cheng Ho, yang dibangun beberapa tahun lalu, sangat membantu generasi muda untuk memahami akulturasi budaya etnis Tionghoa dan berbagai etnis. Adanya koleksi motif batik peranakan di Museum Cheng Ho merupakan satu fakta bahwa etnis ini sudah sedemikian kuat mewarnai budaya Indonesia.

Termasuk pembauran (asimulasi) etnis Tionghoa dengan berbagai suku di Nusantara. Juga perjuangan pahlawan dari kalangan etnis Tionghoa bersama etnis lainnya di berbagai daerah di Indonesia.

Taman ini memang dibangun dengan konsep bernuansa khas etnik Tionghoa. Pada 2004, melalui Yayasan Harapan Kita diserahkan lahan seluas 4,5 hektare kepada perkumpulan etnis Tionghoa Indonesia untuk membangun Taman Budaya Tionghoa di TMII. Kemudian pada 8 November 2006 dimulailah pembangunan Taman ini sekaligus peresmian pintu gerbang oleh ketua Yayasan Harapan Kita, H.M Soeharto.

Pengunjung akan menyaksikan berbagai keistimewaan di perkampungan kecil Tionghoa (pecinan) berupa pernak-pernik "kampong pecinan", termasuk warna merah dan kuning emas yang mendominasi hampir semua kawasan ini berikut bangunan-bangunan berbentuk simetris.

Selain itu, di taman tersebut terdapat juga fasilitas lain untuk menambah kesan penggambaran secara lengkap kebudayaan Tionghoa-Indonesia, seperti gazebo danau, sepasang tiang naga, patung Dewi Bulan, patung Kwan Kong, jembatan batu Sampek Eng Tay, Museum Laksamana Ceng Ho dan Hakka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com