Di Jepang, model mengirim sampah dari suatu kota ke kota lainnya, sudah ditinggalkan sejak tahun 1970-an.
"Jadi pengelolaan sampahnya itu langsung di sumber sampahnya. Dan di negara lain, di Jepang itu sudah dari tahun 1970. Karena saat itu warganya tidak terima truk yang mengangkat sampah lewat saat mau buang ke daerah pantai," kata Anto, usai jumpa pers di kantor LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (20/11/2015).
Anto mencontohkan, kota-kota di Jepang sudah memiliki insinerator atau tempat pengolahan sampah sendiri. Sampah dari satu distrik tidak boleh melintasi distrik lain.
"Tiap distriknya punya satu yang skalanya besar (insinerator)," ujar Anto.
Jepang sudah memiliki undang-undang tentang sampah sejak tahun 1972, dua tahun sejak warganya menolak truk sampah melintas.
"Tapi tahun 2008 kita baru punya undang-undang tentang pengelolaan sampah. Dan sampah sistemnya masih dibawa dulu dari tempat sumbernya ke tempat lain," ujar Anto.
Penanganan sampah di Jepang juga telah mengenal sistem 3R, yakni reduce, reuse, dan recycle.
Reduce berarti mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu dibutuhkan, reuse berarti memanfaatkan kembali barang yang sudah tidak terpakai, dan recycle mendaur ulang barang.
Ia menjelaskan, Jepang menerapkan sistem 3R ini sampai lingkup yang paling kecil yakni rumah tangga.
Di Jepang, tiap RT menerapkan pula aturan memilah sampah yang dibuang. Misalnya, hari Senin untuk bungkus sampah organik, Selasa untuk sampah jenis kaleng, atau Rabu untuk sampah plastik dan sebagainya.
Sampah satu rumah tangga di Jepang juga akan ditandai dengan nama pemiliknya.
"Kalau di sini kan plastiknya hitam kalau di sana putih, bahkan sampah ada namanya. Kalau bukan harinya dibalikin lagi di depan rumah. Saya pernah keluar apartemen (di Jepang) sampah saya dibalikin lagi, karena bukan harinya," ujar Anto.
Ini karena, lanjut Anto, pemerintahnya menerapkan aturan yang ketat soal sampah sampai di tingkat rumah tangga.
Menurut dia, Jepang menerapkan pengelolaan sampah dengan mesin insinerator sejak lama. Kemudian tahun 1990-an di Jepang muncul plasma untuk menetralkan asap racun dari insinerator.