Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Ambil Alih Pembangunan Saliran Air Tertutup dari Jatiluhur

Kompas.com - 20/11/2015, 17:21 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Pusat diminta mengambil alih pembangunan saluran air tertutup untuk mengaliri air baku dari Waduk Jatiluhur, Purwakarta ke Jakarta.

Sebab, operator penyedia air bersih diprediksi tidak akan mampu mendanai pembangunan saluran air tertutup itu.

"Karena biaya pembuatannnya itu pasti sangat mahal sekali. Harusnya memang dibangun dengan menggunakan APBN (anggaran pendapatan dan belanja daerah)," kata Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio di Yogyakarta, Jumat (20/11/2015).

Menurut Agus, pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dapat mengajukan alokasi anggaran pembangunan saluran yang diyakini dapat mencegah tercemarnya air baku itu.

Setelah salurannnya jadi, kata dia, pemerintah dapat menarik retribusi dari perusahaan-perusahaan penyedia air baku yang menjadi penggunanya.

"Kalau perusahaan-perusahaannya itu yang disuruh bangun tidak akan kuat mereka," ujar dia.

Agus menilai, belum adanya saluran tertutup yang mengaliri air baku tersebut menjadi penyebab utama belum terjaminnnnya penyediaan air baku yang 100 persen bersih.

Karena itu, pembagunan saluran air tertutup merupakan hal mendesak yang seharusnya bisa segera dilakukan.

Ia kemudian mengkritisi desakan sejumlah pihak agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutus kontrak dengan operator swasta dalam pengelolaan air.

"Memang kalau PAM yang mengelola dijamin bisa bersih? Selama salurannnya masih seperti yang sekarang, siapapun yang mengelola pasti akan sama. Karena masalah utamanya di sini (saluran yang masih terbuka)," ucap Agus.

Waduk Jatiluhur merupakan salah satu sumber air baku bagi warga Jakarta.

Terdapat sejumlah perusahaan penyedia air baku yang menggantungkan pasokannnya dari waduk yang berjarak sekitar 70 kilometer dari Kota Jakarta ini.

Namun, sampai saat ini, air baku yang dialirkan dari Waduk Jatiluhur itu disalurkan melalui saluran terbuka.

Kondisi ini dinilai sebagai penyebab utama air baku yang sampai ke konsumen seringkali sudah tidak bersih.

"Saluran terbuka membuat air baku mudah tercemar. Selama saluran airnya terbuka, akan sulit bagi operator memberikan pelayanan optimal ke konsumen," kata Direktur Operasional PT Aetra Air Jakarta Lintong Hutasohit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com