Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kondisi Kawasan Industri Pulogadung yang Dikeluhkan PT JIEP

Kompas.com - 05/01/2016, 11:37 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Salah satu tujuan dibuatnya pintu berbayar di dalam Kawasan Industri Pulogadung (KIP), Jakarta Timur, ialah karena masalah keamanan, seperti parkir liar dan juga warung ilegal.

Namun, oknum satpam di dalam KIP ternyata juga mengambil untung dari parkir liar tersebut.

Bahu jalan di depan atau samping sejumlah perusahaan tampak dibiarkan jadi lapak parkir plus warung makan.

Hal ini paling banyak ditemui di sepanjang jalur hijau atau Hutan Kota yang ada di tengah kawasan tersebut.

Di area parkir sepeda motor dekat sebuah pabrik di dalam KIP, misalnya, pria berbaju biru tua layaknya petugas sekuriti mangkal dekat parkir motor.

Di tangannya terdapat alat tiup peluit. Ia tampak menjaga area parkir tersebut.

Praktik parkir liar ini sendiri memang dikeluhkan pihak PT JIEP dan menjadi salah satu alasan dibangunnya gerbang berbayar (e-gate).

Pihak JIEP berharap, sistem ini dapat mengontrol yang masuk ke kawasan. Namun, alasan itu dianggap tak menyelesaikan masalah.

Hamim (50), ketua pengojek pangkalan di pintu masuk JIEP, mengatakan, yang mesti dibenahi dari maraknya parkir liar ialah oknum satpam di kawasan JIEP.

Sebab, ia menenggarai parkir liar menjadi pemasukan bagi para oknum satpam di sana.

"Apa gunanya satpam kalau parkir liar ada. Oknum satpam itu kan yang dapat dari parkir liar. Masa enggak bisa tegas (sama parkir liar)," kata Hamim kepada Kompas.com, Selasa (5/1/2016).

Sementara itu, untuk warung makan, menurut dia, itu memang ada.

Beberapa warung kaki lima dan warung besar berdiri ilegal di jalur hijau maupun di bahu dan trotoar di kawasan JIEP. Meski begitu, dia menepis keberadaan warung remang-remang di dalam KIP.

"Kalau bencong ada, setiap malam memang mangkal di depan sini," ujar Hamim sembari menunjuk hutan di depan pintu masuk JIEP.

Sebelumnya, pihak JIEP menjelaskan bahwa penerapan sistem berbayar ini merupakan program lama yang sudah direncanakan oleh JIEP.

Sebab, kawasan JIEP selama ini terlalu bebas diakses sehingga kerap disalahgunakan. Akibat akses yang terbuka itu, muncul parkir liar dan warung remang.

Misalnya, hutan kota di tengah JIEP justru dimanfaatkan oleh pengemudi truk untuk parkir secara liar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Megapolitan
Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Megapolitan
Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Megapolitan
Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Megapolitan
3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Megapolitan
Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Megapolitan
BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

Megapolitan
Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Megapolitan
Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Megapolitan
Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Megapolitan
Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Megapolitan
Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Megapolitan
Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com