"Setelah polisi, (teror) itu bisa mengarah ke militer. Karena militer dianggap sebagai simbol kekuatan dan kekerasan. Dan di negara lain sudah terjadi seperti itu," kata Hermawan, dalam acara seminar dan presentasi bertema Bom Thamrin dan Database Bom di Gedung LIPI, Jakarta Pusat, Jumat (22/1/2016).
Menurut Hermawan, dalam sejarahnya, teroris mempunyai beberapa eskalasi sasaran. Pertama yakni tempat terbuka atau kedutaan asing.
Dari sana, sasaran berikutnya yakni tempat umum. Setelah itu, pelaku teror biasanya beralih ke tempat pemerintahan dan berlanjut ke aparat polisi.
Hermawan mengatakan, di Indonesia teroris masih menyasar polisi. Namun, bila tidak ada upaya pencegahan, sasaran berikutnya adalah militer.
"Kalau sampai tidak bisa dicegah sekarang, nanti akan berkembang ke arah sana (militer)," ujar Hermawan.