Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sopir Angkot Mogok, Minta Pemkot Bogor Kaji Ulang Sistem Satu Arah

Kompas.com - 07/04/2016, 15:38 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com — Puluhan sopir angkutan perkotaan (angkot) Kota Bogor mogok beroperasi, Kamis (7/4/2016). Tidak hanya mogok beroperasi, para sopir juga melakukan sweeping ke sejumlah angkot lainnya yang ketahuan membawa penumpang.

Pantauan di lapangan, para sopir berkumpul di Jalan Ir Juanda, tepat di seberang pintu masuk 3 Kebun Raya Bogor.

Sopir angkot yang melakukan mogok massal adalah sopir angkot 11 (Pajajaran-Pasar Bogor), angkot 06 (Ciheuleut-Ramayana), dan angkot 13 (Bantar Kemang-Merdeka).

Aksi mogok massal itu dilakukan sebagai bentuk kekecewaan terhadap kebijakan Pemerintah Kota Bogor yang menerapkan sistem satu arah (SSA). Para sopir meminta agar Pemkot Bogor mengkaji kembali kebijakan tersebut.

Umar (40), salah seorang sopir angkot 11, mengatakan, mogok beroperasi ini dilakukan secara serentak. Ia mendesak pemerintah mengkaji ulang SSA.

"Katanya uji coba empat hari, ini jadi tambah sampai dua minggu. Kami kesulitan untuk bersaing dengan angkot yang berbeda trayek, tetapi melalui jalan yang sama," ucap Umar saat ditemui di sela-sela aksinya, Kamis (7/4/2016).

Umar mencontohkan, sebelum diberlakukan SSA, penumpang dari arah luar Kota Bogor harus naik dua angkot yang berbeda jurusan untuk ke tengah kota. Namun, saat ini, penumpang hanya cukup naik satu angkot saja.

Dia mengatakan, penumpang dari Ciawi akan ke Pasar Bogor harus berhenti di terminal, lalu melanjutkan perjalanan naik angkot 11. Sekarang, dengan diberlakukan SSA, angkot 01 dari Ciawi bisa langsung lewat Pasar Bogor.

"Penumpang kami diangkut sama angkot 01, lalu kami narik penumpang dari mana?" katanya.

Namun, aksi tersebut tidak berlangsung lama. Setelah perwakilan sopir bernegoisasi dengan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ), mereka kembali beroperasi.

"Baik, untuk hari ini kita kembali narik angkot. Tetapi, jika sampai sore nanti belum ada keputusan dari DLLAJ dan aspirasi para sopir tidak diperhatikan, kami akan melakukan demo lagi besok," ucap salah seorang sopir lainnya.

Kompas TV Polisi Berlakukan Sistem Satu Arah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com