Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KNTI Khawatir Dampak Reklamasi Dikaburkan

Kompas.com - 16/04/2016, 06:12 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Riza Damanik menyatakan proyek reklamasi di teluk Jakarta jelas akan mencemari lingkungan. Ia khawatir, masalah ini dikaburkan yang akhirnya seolah lingkungan pesisir Jakarta tidak terdampak akibat proyek tersebut.

Hal ini disampaikan Riza dalam diskusi "Suara Nelayan: Korban Proyek Triliunan" di sebuah kafe di Menteng, Jakarta Pusat. Menurut Riza, pengembangan proyek reklamasi yang sarat pelanggaran aturan itu adalah upaya untuk mengaburkan masalah lingkungan.

"Saya khawatir reklamasi ini seolah-olah pesannya kalau Anda lihat Teluk Jakarta tercemar tidak usah khawatir. Biarkan saja perusahaan mencemari karena sudah ada obatnya yaitu reklamasi. Ini kan membohongi warga. Padahal (pencemaran) itu sudah pasti terjadi," ujar Riza, Jumat (15/4/2016) malam.

Laut menurutnya bagi nelayan ibarat sawah bagi petani. Kalau laut rusak, nelayan tak dapat memanen ikan, yang bisa berdampak pada kebutuhan pangan bagi warga Jakarta. Apalagi reklamasi juga mempersempit ruang gerak nelayan mencari ikan.

"Otomatis mempersempit ruang gerak nelayan dan lahan perikanan menjadi kurang," ujar Riza.

Riza menilai, reklamasi hanya menguntungkan pengembang. Sementara sekitar 17.000 nelayan di pantai utara Jakarta menurutnya bakal terdampak jika proyek 17 pulau buatan itu diwujudkan.

"Pembangunan ini hanya dilakukan demi kepentingan para pengembang, bukan untuk warga Jakarta," ujar Riza.

Daripada merusak lingkungan di Teluk Jakarta, Riza menilai lebih baik pemerintah bertindak tegas terhadap perusahaan-perusahaan yang mencemari Teluk Jakarta. Bukan malah menimbun lagi tanah di laut yang menurutnya menambah kerusakan di teluk Jakarta.

"Hukum seberat-beratnya perusahaan yang mencemari Teluk Jakarta," ujar Riza.

Sementara itu, Pengacara Publik dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Wahyu Nandang Herawan mengamini nelayan menjadi korban dalam proyek reklamasi. Posisi nelayan sebagai masyarakat kecil menurutnya lemah, ketika harus berhadapan dengan korporasi yang punya akses dan modal.

"Posisi dia sangat lemah. Di sini rakyat yang dikorbankan," ujar Wahyu.

Menurut Wahyu, iklim seperti itu yang justru mulai merebak di tanah air. Ia mencontohkan kasus PLTU Batang di mana ia pernah ikut menanganinya. Atas dasar investasi, pemerintah mengorbankan rakyat.

"Di situ petani dikorbankan. PLTU Batang 25 tahun dikelola oleh swasta baru diberikan ke pemerintah," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

Megapolitan
Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Megapolitan
Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Megapolitan
Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com