Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Kali Mampang Jadi Tempat Mandi Para Bocah

Kompas.com - 06/05/2016, 14:05 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat sebagian warga Jakarta berlibur dengan berwisata, Haikal (9) dan Aldi (10), bocah warga Bungur, Bangka, Pancoran, Jakarta Selatan mengisi waktu dengan berenang di kali. Wajah riang ditunjukan keduanya saat sedang mandi bertelanjang dada.

Haikal sesekali naik ke sebuah pijakan, lalu melompat salto. Byurrrr....!!! Bocah itu muncul lagi dari dalam air sambil mengelap wajahnya yang basah. Itulah pemandangan yang Kompas.com saksikan Jumat (6/5/2016) siang di Kali Mampang, tepatnya di Komplek Kemang Timur, Jakarta Selatan.

Dua bocah itu mengaku sesekali mandi di kali yang berwarna hijau kehitaman itu.

"Jarang-jarang, lagi liburan aja. Udah izin sama orangtua," kata Haikal.

Meski air Kali Mampang terkontaminasi, salah satunya akibat limbah rumah tangga, keduanya tak takut terkena penyakit kulit yang mungkin bisa menimpa mereka.

"Bau sih (airnya) dikit, tapi enggak gatal. Nanti kan mandi lagi (bilas)," ujar Haikal.

Di belakang kedua bocah itu, sampah berupa plastik dan botol buangan masyarakat mengapung mendekat. Namun sampah itu tak dibiarkan hanyut lebih jauh. Kebetulan di tempat Haikal dan Aldi mandi ada pos anggota Dinas Kebersihan DKI Jakarta.

Di titik itu, petugas Dinas Kebersihan DKI memasang penyekat sampah. Sampah buangan masyarakat yang terjaring penyekat kemudian dipungut lalu dimasukan ke mobil sampah.

Menurut Petugas Pemantau Wilayah Kecamatan Mampang Dinas Kebersihan DKI, Rusdi, setiap hari mereka membersihkan sampah yang hanyut di kali itu. "Sampahnya kita angkat, terus kita naikan ke mobil," ujar Rusdi.

Sampah tersebut diangkut dengan mobil jenis Carry bak terbuka. Dari situ sampah dibawa ke TPS di TB Simatupang. Dari sana sampah diteruskan ke TPS Jalan Perintis Kemerdekaan, Pulogadung, sebelum akhirnya ke TPA Bantar Gebang di Bekasi.

Dalam sehari, mobil kecil yang dioperasikan Rusdi dan anggotanya bisa bolak balik empat kali mengurusi sampah yang terjaring. "Satu rit itu (bisa angkut) 2,5 kubik, sehari bisa 10 kubik," ujar Rusdi.

Ia menyayangkan banyaknya sampah tersebut. Air kali itu bisa lebih bersih seandainya warga tidak buang sampah ke kali.

"Sampah itu dari warga, jadi kepedulian warga itu memang masih kurang. Di sini kadang memang buat mandi anak-anak. Cuma airnya memang sudah agak hitam, enggak bisa jernih. Tapi enggak buat gatal-gatal," ujar Rusdi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke 'Call Center' dan Medsos

Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke "Call Center" dan Medsos

Megapolitan
Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Megapolitan
Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Megapolitan
Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Megapolitan
Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com