Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Pasien Minta Dokter Tersangka Kasus Vaksin Palsu Ditangguhkan Penahanannya

Kompas.com - 24/08/2016, 13:14 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 10 orangtua yang anaknya jadi pasien dokter Indra, tersangka kasus vaksin palsu, mendatangi Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (24/8/2016).

Para orangtua pasien yang menamakan diri sebagai "Koalisi Stay Trust Dokter Indra (STDI)" ini datang untuk mengadukan nasib anak mereka ke KPAI.

(Baca juga: Kemenkes Didesak Berikan Sanksi Terhadap RS Pengguna Vaksin Palsu)

Ketua Koalisi STDI, Faisal Ismail Talib, menyatakan bahwa pihaknya berharap aparat berwajib menangguhkan penahanan dokter Indra.

Sebab, kata dia, karena dokter Inda ditahan, anak-anak mereka tidak bisa menerima penanganan medis lagi.

"Kami minta penangguhan penahanan dokter Indra buat anak-anak kami, untuk penanganan oleh Dokter Indra," kata Faisal, di kantor KPAI, Rabu siang.

Ia juga mengatakan, sudah ada 72 orangtua pasien dokter Indra yang tergabung dalam koalisi ini.

Gerakan ini diklaim sebagai dukungan murni dari para orangtua pasien yang tidak punya hubungan kerabat dengan dokter Indra.

Selain karena nasib anak mereka yang bergantung kepada dokter Indra, pihaknya menilai kasus yang dihadapi dokter Indra masih janggal.

Mereka juga menilai pemberitaan mengenai vaksin palsu telah menyudutkan dokter Indra. Padahal, menurut para orangtua itu, dokter Indra menangani anak mereka dengan baik.

Ada yang menjadi pasien dokter tersebut berbulan-bulan bahkan belasan tahun.

"Untuk itu kami enggak tahu vaksin dari dokter Indra benar apa enggak. Coba berpikir vaksin yang masuk ke tubuh bisa dicek enggak, palsu atau enggak. Dokter kan enggak bisa cek, hanya lihat labelnya," ujar Faisal.

Dengan demikian, ia menilai dokter Indra tidak bersalah atau mencari keuntungan dari vaksin palsu.

Justru, lanjut dia, pemerintah, dalam hal ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang seharusnya bertanggung jawab atas vaksin palsu.

Elianti (38), salah satu orangtua pasien dokter Indra mengatakan, tiga anaknya menjadi pasien dokter tersebut sejak kecil.

Salah satu anaknya, Aska (16), masih bergantung pada dokter Indra. Aska menjadi pasien pengobatan demam rematik.

Setiap bulan, Aska mesti disuntik oleh dokter Indra. Anaknya bahkan perlu disuntik setiap bulan sampai tiga tahun ke depan.

"Obatnya itu kalau dikasih ke dokter lain agak susah. Hanya dokter Indra yang tahu penanganannya dan historisnya. Sudah dua bulan anak saya tidak disuntik, sekarang saya mesti berobat ke sebuah klinik," ujar Elianti.

(Baca juga: Polisi Sebut Dokter Indra Langgar Hukum lantaran Beli Vaksin Langsung dari "Sales")

Para orangtua kemudian menemui pejabat KPAI sambil membawa berkas berisi testimoni dari orangtua pasien.

Mereka berharap mendapat bantuan dari KPAI. "Komisionernya lagi enggak ada, tapi tadi testimoni sudah kita berikan ke KPAI, nanti tunggu pertimbangan Komisioner KPAI," tambah Faisal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com