Minggu pagi. Sekelompok orang meriung di sekitar lapangan basket di kawasan Monumen Nasional. Waktu baru menunjukkan pukul 08.30. Namun, peluh para pemain basket mulai bercucuran. Sebagian lagi menunggu giliran bermain di tepi lapangan sambil memberikan semangat tim yang bertanding.
Lapangan olahraga yang ada di Monumen Nasional (Monas) itu sejak lama menjadi tempat latihan ataupun sekadar olahraga bagi siapa pun. Area ini terbuka. Juga bebas biaya alias gratis.
Salah satu pengguna rutin lapangan ini adalah Soleh (22). Warga Tambora, Jakarta Barat, ini kerap berolahraga di situ, bahkan sebelum lapangan menjadi cantik setelah renovasi.
"Sebelum direnovasi, ring basketnya rusak dan lantainya banyak yang mengelupas," ujar Soleh. Kekurangan itu hilang setelah renovasi. Lantai lapangan juga dilapisi bahan karet.
Selama sekitar dua bulan renovasi lapangan, Soleh dan sesama pengguna lapangan pindah berlatih di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Kini, setelah lapangan dibuka kembali, Soleh balik lagi main basket di situ.
Ia berharap, sosialisasi adanya lapangan di Monas digencarkan. "Yang menggunakan lapangan di Monas masih itu-itu saja. Saya berharap lebih banyak orang yang datang agar ada lawan bertanding baru. Biar ada tantangan," ucap Soleh.
Memang, ada pula satu-dua orang baru yang akhirnya ikut menggunakan lapangan itu.
Fajar (19), warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan, misalnya, mampir ke lapangan di Monas dalam perjalanan pulang menuju Stasiun Gambir. Sebelumnya, di hari Minggu itu, Fajar berolahraga di area hari bebas kendaraan bermotor.
"Saya lihat ada lapangan-lapangan di kawasan Monas. Saya kira ada turnamen, ternyata warga yang main," ujarnya.
Saat melihat ada yang bermain, Fajar dan tiga temannya diajak bertanding. "Bertanding di Monas ternyata bisa menambah teman juga," katanya gembira.
Karena jumlah pengguna lebih banyak daripada jumlah pemain basket dalam dua tim, dibuatlah kesepakatan. Setelah satu tim berhasil memasukkan bola ke dalam ring 10 kali, tim itu ditukar. Mereka yang mengantre mendapat giliran bermain. Begitu seterusnya.
Meski tak saling kenal, para pengguna lapangan ini mampu bermain dengan kompak untuk memenangi pertandingan. Kekompakan pun terlihat di empat lapangan futsal dan satu lapangan voli yang berjejer di sebelah lapangan basket.
Bagi Justin (56), warga Jakarta Selatan, keberadaan lapangan di Monas baik untuk mendorong masyarakat agar aktif bergerak sehingga bisa hidup lebih sehat. "Bisa menghilangkan stres juga," ungkapnya.
Akan tetapi, ia menyayangkan botol minuman yang ditinggal pengguna di pinggir lapangan. Justin berharap, kebersihan di lapangan sama-sama dirawat oleh para pengguna sehingga meningkatkan kenyamanan di ruang publik tersebut.
Baru diresmikan