Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bantuan untuk Pendidikan Tak Dirasakan Warga Bantargebang"

Kompas.com - 13/10/2016, 13:35 WIB

BEKASI, KOMPAS.com - Aliansi Masyarakat Peduli Pendidikan (AMPP) yang mengaku mewakili warga Bantargebang mendesak Pemprov DKI Jakarta dan Pemkot Bekasi untuk bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak yang terdampak timbunan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.

Ketua AMPP, Abdul Somad, mengatakan bahwa ada lima poin tuntutan yang dilayangkan pihaknya kepada pemerintah daerah.

(Baca juga: Ahok: Enggak Ada Cerita Swasta Kelola TPST Bantargebang)

Poin-poin tersebut di antaranya, tuntutan bagi pemerintah daerah untuk membangun gedung sekolah dari tingkat SD hingga SMA/SMK dengan standar internasional dan pembebasan seluruh biaya operasional sekolah.

Mereka juga menuntut pemerintah daerah menyediakan sarana angkutan berupa bus sekolah di masing-masing kelurahan, pengadaan program beasiswa untuk siswa berprestasi ke jenjang universitas, dan penyelenggaraan program kejar paket A, B, dan C secara gratis.

"Kami minta pemerintah daerah mendengar keinginan itu. Karena bantuan untuk pendidikan tidak dirasa oleh masyarakat Bantargebang," kata Abdul kepada wartawan pada Kamis (13/10/2016).

Abdul menilai, selama ini lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) di tingkat kelurahan hanya fokus di sektor pembangunan di wilayah setempat, seperti pembangunan jalan, masjid, dan posyandu.

Padahal, kata dia, masih banyak anak di sana yang tidak mendapat pendidikan secara layak. 

Bahkan, kata dia, uang kompensasi bau (community development) yang diterima warga sebesar Rp 300.000 per bulan dianggap kurang.

"Itu saja dipotong Rp 100.000 untuk pembangunan infrastruktur di wilayah setempat. Sementara sisa uangnya digunakan untuk keperluan lain seperti membeli air karena kualitas air di sana tidak bagus," kata Abdul.

(Baca juga: Ahok Ingin Bekasi Gunakan TPST Bantargebang Saat DKI Sudah Punya ITF )

Menurut dia, timbunan sampah di TPST Bantargebang memberikan dampak negatif terhadap warga dan lingkungan sekitar, seperti rentan tertularnya penyakit diare, infeksi saluran pernapasan akut (ispa), atau gatal-gatal.

Belum lagi citra Bantargebang yang banyak disebut warga daerah tempat pembuangan sampah.

"Sangat banyak dampak negatif akibat keberadaan tempat sampah. Bahkan sudah 30 tahun dirasakan warga Bantargebang," ujar dia.

Sekaretaris AMPP Agus Hadi Prasetyo menambahkan, dampak timbunan sampah TPST ini dirasakan oleh belasan ribu warga dari tiga kelurahan dalam satu kecamatan.

"Tiga kelurahan itu Ciketing Udik, Sumurbatu dan Cikiwul. Ketiganya masuk dalam Kecamatan Bantargebang," sambung dia.

Berdasarkan catatan yang dia punya, di wilayah setempat terdapat 26 SD, yang 10 SD di antaranya milik swasta.

Selain itu, ada 7 SMP yang lima di antaranya milik swasta, 1 SMA negeri, dan 4 SMK yang tiga di antaranya swasta.

(Baca juga: Suasana di TPST Bantargebang pada Malam Pengambilalihan Sempat Kacau)

Dia pun berharap Pemprov DKI dan Pemkot Bekasi merealisasikan keinginan mereka. Dengan begitu, anak-anak di Bantargebang mendapat pendidikan secara layak.

"Usulan ini juga sudah kita sampaikan ke DKI Jakarta lewat DPRD Kota Bekasi. Kami berharap semoga bisa terlaksana," ujar Agus. 

(Fitriyandi Al Fajri)

Kompas TV Pemulung di Bantargebang Akan Didaftarkan BPJS

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com