Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Taman Tekno BSD Berkeliaran Geng Motor

Kompas.com - 14/10/2016, 11:18 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Karyawati bernama Eka Putri tidak menyangka akan mengalami hal buruk dalam perjalanan pulang menuju Muncul, Tangerang Selatan, pada Kamis (13/10/2016) malam.

Secara tiba-tiba, ketika sedang diantar tukang ojek melewati depan Taman Tekno BSD, ada sekelompok pemuda dengan sepeda motor mendekati dia.

"Pukul 21.30 saya naik Grab Bike dari Stasiun Rawa Buntu. Kondisi jalan sepi. Lalu, terdengar suara knalpot beberapa motor di belakang, tanpa lampu dan pelat nomor. Awalnya saya pikir, itu cuma alay-alay balapan saja," kata Eka, kepada Kompas.com, Jumat (14/10/2016).

Jumlah sepeda motor yang dilihat Eka saat itu ada dua dan mengikutinya dari belakang. Namun, tidak terlihat jelas ada berapa pemuda yang ikut naik di dua sepeda motor tersebut.

"Saat itu saya mulai curiga, dan minta Bapak Grab buat ngebut," tutur Eka.

Ketika pengemudi ojek yang ditumpangi Eka melaju, kedua sepeda motor di belakangnya juga ikut menambah kecepatan. Hal itu diketahui dari suara knalpot sepeda motor yang semakin keras.

Saat tiba di depan perumahan KIM LIPI, kata Eka, terlihat ada satu sepeda motor lagi yang ikut bergabung dengan dua sepeda motor sebelumnya. Pemuda-pemuda itu dituturkan Eka seakan membentuk formasi mengelilingi dirinya dari samping kiri, kanan, dan belakang.

"Saya lihat ada jendolan panjang di belakang jaketnya, semacam jaket baseball gitu warna biru. Saya sempat tendang salah satu motor dan nempelin alat strum yang biasa saya bawa. Tapi, mereka malah ketawa-ketawa. Saya keburu takut," ujar Eka.

Beruntung, dari kejauhan, ada rombongan lima hingga enam sepeda motor lain yang melaju dengan kecepatan tinggi. Rombongan itu sempat membunyikan klakson dan hal itu dimanfaatkan tukang ojek bersama Eka untuk kabur dari kumpulan pemuda yang mengerubunginya.

"Saya kapok pulang malam lewat BSD situ. Enggak paham apa motifnya, apa begal, jambret, atau geng motor yang lagi pada mabuk. Tapi, yang jelas, mereka mepet-mepet berusaha mendekati tas saya," ucap Eka.

Dari pantauan Kompas.com selama ini, beberapa titik di kawasan Tangerang Selatan diketahui memang rawan pada malam hari. Beberapa kali terlihat, ada sekelompok pemuda yang menunggu di pinggir jalan, lalu membuntuti beberapa pengendara sepeda motor yang berjalan seorang diri.

Terkait dengan hal itu, Kompas.com telah menghubungi Kasat Lantas Polres Tangerang Selatan, Ajun Komisaris Prayoga Angga Widyata, untuk menanyakan hal tersebut. Namun, Prayoga belum merespons.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor Banjirnya Kayak Lautan

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor Banjirnya Kayak Lautan

Megapolitan
Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Megapolitan
Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com