JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI) Nelson Simanjuntak mengatakan, Pilkada Serentak 2017 harus menjadi hal yang menggembirakan. Ia berharap seluruh tahapan pilkada serentak dapat berlangsung lancar dan demokratis.
"Pemilu jangan sampai jadi 'pemilu', alat pembuat pilu," ujar Nelson, dalam diskusi publik di Kantor Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (28/10/2016).
Nelson menuturkan, kualitas pilkada di Indonesia belum terlalu baik. Dia menyebut banyak kandidat yang tidak jujur berkontestasi, misalnya melakukan politik uang untuk memenangkan pilkada.
"Semangat para peserta pemilu banyak disertai ketidakjujuran, menggunakan uang kepada pemilih untuk memenangkan dirinya. Pemilu kita yang harusnya menggembirakan, pada akhirnya menjadi alat pembuat pilu," kata dia.
(Baca: Penggunaan Isu SARA di Pilkada Dinilai Merampas Rasionalitas Pemilih)
Nelson mencontohkan, sejak 2005, banyak peserta pilkada yang terindikasi melakukan politik uang. Kemudian, Nelson juga menceritakan bagaimana politik uang membuat pilu pada Pilkada 2010.
Saat itu, kata Nelson, ada seorang perempuan yang tidak terpilih menjadi wali kota. Dua pekan kemudian, suaminya bunuh diri karena terbebani utang dan banyaknya uang yang telah dikeluarkan untuk mengupayakan pemenangan istrinya.
Selain itu, Nelson menilai, pilkada juga kerap menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat.
"Belum masuk penetapan calon, masyarakat sudah ribut. Ini menjadi perhatian kita semua," ucap Nelson.
Pilkada Serentak 2017 sudah memasuki masa kampanye mulai Jumat (28/10/2016). Masa kampanye akan berlangsung sampai dengan 11 Februari 2017.
Sementara pemungutan suara dilaksanakan pada 15 Februari 2017. Pilkada 2017 digelar serentak di 101 daerah di Indonesia.