JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrani menilai program kesehatan tiga pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI orientasinya hanya fokus pada fasilitas kesehatan atau fisiknya.
Namun, masalah-masalah di pelayanan kesehatan kurang jadi perhatian. Padahal jika pasangan calon ingin mencari dukungan, isu tersebut bisa diangkat.
Hasbullah mencontohkan, solusi untuk antrean di rumah sakit yang menurutnya masih panjang.
"Kalau visi misi kan buat narik voting, ya dia mesti cari suatu isu yang masyarakat rasakan. Jargon-jargon teori aja enggak menyentuh," kata Hasbullah, Selasa (6/12/2016).
Hal itu ia sampaikan dalam diskusi yang diselenggarakan The Indonesian Institute, di Gedung Pakarti Center, Tanah Abang, Jakarta Pusat, dengan tema "Jakarta Sehat: Membedah Visi Misi Pemenuhan Jaminan Kesehatan Kandidat Gubernur DKI Jakarta".
Di Jakarta, lanjut dia, dari 180 rumah sakit, pemerintah DKI hanya punya 22 rumah sakit, sisanya milik swasta. Namun, masih ada RS swasta di Jakarta yang memasang kuota untuk BPJS. Bahkan, lanjutnya, di RSUD saja masih terdengar ada kasus yang menolak pasien BPJS karena hari Sabtu.
Masalah antrean itu, lanjut dia, bisa diselesaikan jika bisa bekerja sama dengan rumah sakit swasta.
"(Antrean) Itu bisa diselesaikan kalau RS swasta bisa digunakan," ujar Hasbullah.
Contoh lain, paslon bisa menjanjikan jaminan kesehatan untuk penduduknya dalam mengonsumsi makanan yang dijual di jalan. Ia punya pengalaman di suatu kota di China, pedagang makanan di sana steril dalam menyajikan wadah tempat untuk makanan.
"Kalau belanja pinggir jalan dikasih piring gelasnya dalam plastik steril. Turisnya kalau mau makan jadi merasa aman. Tapi kalau di kita, piring dicuci di ember bekas. Ini aja Jakarta enggak bisa, harusnya yang seperti itu jalan," ujarnya.
Ia menambahkan, orientasi pada pembangunan faskes juga hanya pemborosan. Lebih baik, mensubsidi rumah sakit swasta nirlaba, yang sudah terkenal misinya membantu orang sakit.
"Pemda bisa beri bantuan dana atau alat, untuk RS nirlaba, yang misinya membantu orang sakit, dengan APBD," ujar Hasbullah.