Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senin Depan, Taman Fatahillah Bebas Kendaraan, Bebas PKL Liar, dan Bebas Sampah

Kompas.com - 30/08/2013, 19:30 WIB
Windoro Adi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mulai Senin (2/9/2013), Taman Fatahilah, Kota Tua, Jakarta Barat (Jakbar), bakal bebas dari kendaraan bermotor, dan pedagang kakilima (PKL) liar. Para pengunjung yang membuang sampah sembarangan pun bakal ditindak Satpol PP yang disiagakan di sana selama 12 jam. Tidak ada alasan lagi membuang sampah sembarangan di sana, sebab, sudah disediakan 30 pasang tempat sampah.

"Mulai Senin depan, sepeda motor dan mobil dilarang parkir di sekitar Taman Fatahillah. Parkir sepeda motor di Terminal Kota Tua dekat Jembatan Kota Intan, sedang parkir mobil hanya diperbolehkan di sepanjang Jalan Kunir. Tarif parkir sepeda motor, Rp 1.000, sedang tarif mobil Rp 2.000," tegas Camat Tamansari, Paris Limbang saat ditemui di Taman Fatahillah, Kamis (29/8/2013) malam.

Malam itu tampak 30 pasang tempat sampah kering berwarna oranye, dan tempat sampah basah berwarna biru, sudah ditempatkan menyebar di Taman Fatahillah. "Sebanyak 20 pasang berasal dari Sudin Kebersihan Jakbar, sedang 10 pasang lainnya berasal dari Kelurahan Pinangsia," ucap Paris.

Dari pos jaga, lewat pengeras suara, petugas berulang kali mengumumkan larangan parkir sepeda motor yang bakal berlaku mulai Senin depan. Demikian pula pengumuman tentang sanksi membuang sampah sembarangan. Pengumuman tersebut diikuti pemasangan enam spanduk larangan parkir, Jumat siang kemarin.

Paris mengakui, Kamis malam itu belum semua sudut Taman Fatahillah bebas dari PKL liar. Di sisi lain, belum semua PKL anggota Kopetaf (Koperasi Taman Fatahillah) membuka usahanya. Sepengamatan Kompas.com malam itu, cluster satu yang berkapasitas 30 PKL penjual makanan dan minuman, baru terisi sepertiganya, sedang di cluster dua sudah terisi penuh para pedagang pakaian dan pelengkapnya. Suasana Taman Fatahillah sudah jauh lebih tertib dan bersih karena menghilangnya ratusan PKL.

"Mulai Senin depan, hanya 260 PKL anggota Kopetaf saja yang berdagang di sini. Kalau masih ada PKL di luar Kopetaf yang mangkal di sekitar Taman Fatahillah akan kami tertibkan. Kami akan menyiagakan beberapa truk yang siap mengangkut gerobak-gerobak PKL liar yang masih beroperasi," tegas Paris.

Janaro, pedagang nasi goreng anggota Kopetaf yang ditemui Kamis malam itu, mengaku sudah tiga hari berdagang di cluster satu. "Sementara ini, pendapatan kami belum pulih karena masih diganggu kehadiran sejumlah PKL gerobak liar di samping Museum Tekstil. Posisi mereka, menjemput tamu, sedang posisi cluster satu lebih jauh dari Museum Jakarta. Mudah-mudahan bisa segera ditertibkan," tutur PKL yang sudah empat tahun berdagang di Taman Fatahillah. 

Berbeda dengan pedagang minuman anggota Kopetaf, Nurul Fatiyah (21).  Ia meraih lebih banyak pendapatan di cluster satu. Ditempat lama, di Jalan Kali Besar Timur, untung bersihnya sehari cuma Rp 200 ribu, tetapi di cluster satu, dia bisa mendapat untung bersih hingga Rp 600 ribu. Ia senang karena gerobak rombengnya ditukar dengan gerobak baru berlapis aluminium.

Pengamatan Kompas.com, belum ada tempat tempat sampah atau keran air bagi para PKL di cluster satu. Selain itu, belum tampak hidangan khas dari berbagai daerah, seperti dijanjikan sebelumnya. Hidangan masih terbatas pada nasi goreng, bakso, dan mi instan rebus. Pria pedagang pakaian di cluster dua, Nana, senang mendapat lemari lipat menarik untuk menyimpan dan memajang dagangannya. "Lebih praktis, atraktif, dan cantik dibanding gerobak saya sebelumnya," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Megapolitan
Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Megapolitan
Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi 'Online'

Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi "Online"

Megapolitan
182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

Megapolitan
Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Megapolitan
Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Megapolitan
Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan 'Online'

Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan "Online"

Megapolitan
Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Megapolitan
'Debt Collector' Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan 'Maling'

"Debt Collector" Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan "Maling"

Megapolitan
Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Megapolitan
Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Megapolitan
Hanyut di Selokan Saat Banjir, Jasad Bocah di Bekasi Ditemukan 1,5 Km dari Lokasi Kejadian

Hanyut di Selokan Saat Banjir, Jasad Bocah di Bekasi Ditemukan 1,5 Km dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Bocah yang Terseret Arus Selokan di Bekasi Ditemukan Tewas

Bocah yang Terseret Arus Selokan di Bekasi Ditemukan Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com