Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penyebab Tingginya Kebakaran di Jakarta

Kompas.com - 04/10/2013, 19:26 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Tingginya angka kebakaran di Jakarta, rentan waktu Agustus-September, disinyalir karena cuaca panas. Terlebih lagi, saat ini Jakarta memasuki transisi cuaca.

Kepala Seksi Pengendalian dan Operasional Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar PB) DKI Jakarta Heru Agus M mengatakan, saat ini Jakarta memasuki masa transisi cuaca. Seharusnya, memasuki bulan September hingga Desember, Jakarta telah memasuki musim hujan.

"Cuaca panas akhir-akhir ini kerap melebihi dari suhu biasanya," kata Heru ketika dihubungi, di Jakarta, Jumat (4/10/2013).

Ia mengungkapkan, kebakaran paling banyak disebabkan korsleting listrik. Sebab, masyarakat kurang menjaga keamanan jaringan listrik di rumahnya dan tidak mengikuti petunjuk umum instalasi listrik.

Pengerjaan perbaikan itu juga terkadang tidak dilakukan oleh petugas yang memiliki sertifikasi dalam penanganan kelistrikan. Lebih dari itu, warga yang telah memiliki rumah dengan usia di atas 10 tahun jarang memeriksa kondisi jaringan listriknya.

"Sebenarnya, pemeliharaan jaringan listrik harus dilakukan warga. Tapi, hal itu yang tidak pernah disadari," ujarnya.  

Di rumah padat penduduk, kata dia, terkadang warga tidak menggunakan peralatan listrik Standar Nasional Indonesia (SNI). Penggunaan kabel dengan tidak berstandar kerap membuat beban aliran listrik tidak sebanding, yang berakibat pada kelebihan kapasitas sehingga berujung pada kebakaran.

Berdasarkan data Dinas Damkar-PB DKI Jakarta, jumlah kebakaran sejak Januari 2013 telah mencapai 739 kasus. Kejadian itu menimbulkan 36 korban jiwa meninggal dunia dan 54 korban luka-luka.

Secara rinci, penyebab kebakaran ini ialah akibat korsleting listrik 545 kasus, kompor meledak 30 kasus, lampu 22 kasus, puntung rokok satu kasus, dan lain-lain 129 kasus. Kasus kebakaran terbanyak terjadi di Jakarta Barat, yakni 199 kejadian.

Jakarta Timur menjadi wilayah rawan kebakaran kedua dengan 155 kejadian, diikuti Jakarta Selatan dengan 151 kasus, Jakarta Utara 109 kejadian, dan Jakarta Pusat sebanyak 97 kejadian. Kerugian akibat kebakaran tersebut diperkirakan mencapai Rp 124 miliar. Tahun lalu jumlah kerugian akibat kebakaran mencapai Rp 290 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com