Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tersangka Pemerkosa Bayi AA Tak Mengaku

Kompas.com - 05/11/2013, 19:49 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyidik Polres Metro Jakarta Timur telah menetapkan Z sebagai tersangka kasus pemerkosaan terhadap AA, bayi berusia 9 bulan. Z adalah paman korban, adik dari As (39), ayah bayi malang yang meninggal dunia tak lama setelah kejadian tersebut. Meski telah ditahan dan ditetapkan tersangka, Z tetap bersikukuh menolak mengakui perbuatannya. Hal ini menyulitkan polisi mengetahui perbuatan asusila tersebut.

"Motifnya masih kita dalami karena tersangka tidak mau mengakui perbuatannya," kata Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Mulyadi Kaharni, Selasa (5/11/2013) di Mapolres Metro Jakarta Timur.

Kendati Z tidak mengakui perbuatannya, Mulyadi mengatakan, polisi sudah memegang tiga alat bukti yang menyatakan Z sebagai pelaku. Bukti tersebut berupa bakteri Chlamydia trachomatis yang ditemukan pada anus korban dan identik dengan yang ditemukan pada pelaku. Menurut dokter, bakteri itu hanya dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Dari tiga orang yang diperiksa petugas, hanya Z yang identik dengan bakteri yang ditemukan pada AA.

"Bakteri yang namanya sebutkan tadi tidak akan menular kalau cuma olesan tangan. Artinya, kata ahli, harus ada hubungan seksual baru bisa terjangkit," ujar Mulyadi.

Selain itu, berdasarkan pemeriksaan psikologis dari Polda Metro Jaya serta melalui alat tes kebohongan atau lie detector Bareskrim Mabes Polri, Z terbukti kerap memberikan jawaban tidak benar. Tersangka juga memberi jawaban bertahan atau mencoba mengalihkan pertanyaan jika menjurus kepada pertanyaan tentang perbuatan asusila. Berdasarkan tiga alat bukti tersebut, polisi tidak serta-merta percaya pada pengakuan tersangka.

"Namanya tersangka itu tidak ada yang mau mengaku. Kita tidak kejar pengakuan tersangka. Untuk pengakuan itu urutan nomor 5, yang pertama kita kejar itu alat bukti," ujar Mulyadi.

Perkosaan yang berujung kematian tak wajar pada bayi AA terungkap setelah korban menderita demam tinggi dan kejang-kejang pada Oktober 2013. Orang tua AA membawa bayi perempuan itu berobat ke bidan terdekat. Bidan hanya bisa menyarankan untuk segera mengobati korban ke rumah sakit.

AA sempat di bawa ke RS Bunda Aliya, Duren Sawit, Jakarta Timur, pada 11 Oktober 2013. Namun, tak lama kemudian bayi malang tersebut mengembuskan napas terakhir. Dokter yang menangani korban melihat ada kejanggalan pada anus dan kemaluan korban. Di bagian vital itu, terdapat luka yang menunjukkan adanya kekerasan seksual.

Orangtua AA melaporkan kepada Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Metro Jakarta Timur atas dugaan pencabulan terhadap bayinya. Setelah tiga pekan penyelidikan oleh polisi, terungkap bahwa pelaku tidak lain adalah paman korban. Atas perbuatannya, tersangka dijerat Pasal 80 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Z terancam penjara maksimal 15 tahun penjara dan denda maksimal Rp 300 juta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com