Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBHI Tuding Ada Pelanggaran HAM di Taman Burung Pluit

Kompas.com - 17/12/2013, 10:46 WIB
Dian Fath Risalah El Anshari

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua PBHI Jakarta Poltak Agustinus Sinaga menuding ada pelanggaran HAM saat penggusuran di Taman Burung, Waduk Pluit, Penjaringan, pada Kamis (12/12/2013) kemarin.

Menurut Poltak, Pemprov DKI belum melakukan dialog dengan warga yang tempat tinggalnya ditertibkan. Selain itu, warga juga belum disiapkan tempat tinggal sebagai pengganti rumah mereka yang dirobohkan.

"Sejak pagi pukul 04.00, Kamis (12/12/2013), polisi dengan senjata laras panjang mendatangi dan mendobrak rumah warga. Padahal, saat itu warga sedang tidur," kata Poltak dalam keterangan tertulisnya, Selasa (17/12/2013).

Polisi, kata dia, tanpa surat tugas melakukan penggeledahan terhadap warga dan rumahnya, serta mengambil beberapa barang milik warga.

Sekitar pukul 10.00, camat, wakil camat, lurah, kapolsek Penjaringan, dan satpol PP mendatangi warga dan menyuruh warga untuk meninggalkan rumah. Pada pukul 11.45 dilakukan penggusuran paksa dengan kekuatan penuh polisi, satpol PP, dan TNI menggunakan tameng dan pentungan.

Hingga kini, walau hujan, warga yang menjadi korban penggusuran masih tetap bertahan karena tak ada pilihan. Warga bertahan di tenda-tenda yang seadanya dan di masjid, satu-satunya bangunan yang belum dirobohkan, sambil tetap setia menunggu Jokowi dan Ahok untuk berdialog tentang nasib mereka.

Untuk itu, bersama dengan Komnas HAM, PBHI akan berkunjung ke lokasi penggusuran dan melakukan dialog menggagas langkah ke depan yang akan ditempuh bersama-sama dengan warga Taman Burung, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara. Dialog akan dilakukan pada Selasa ini.

Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuk Tjahja Purnama menyatakan, Pemprov DKI Jakarta sudah memberikan waktu selama setahun kepada warga Taman Burung untuk mengosongkan lahan milik negara itu. Namun, warga malah menantang dan menolak diberi rusun.

Menurutnya, warga justru memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mempolitisasi keadaan dengan memanfaatkan anak-anak dan kaum ibu untuk melawan para petugas agar tidak menggusur.

Memperkuat apa yang dikatakan Ahok, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo juga mengatakan, pihaknya selama ini telah melakukan sosialisasi kepada warga sebelum melakukan pembongkaran rumah. Apa yang dilakukan petugasnya juga sangat manusiawi karena tidak ada praktik kekerasan saat melakukan aksi itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com