Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sambangi Rumah Gubernur, KIB Minta Jokowi "Nyapres"

Kompas.com - 16/02/2014, 12:15 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Kelompok yang mengatasnamakan Kebangkitan Indonesia Baru (KIB) melakukan aksi di depan rumah dinas Gubernur DKI Jakarta di Taman Suropati, Jakarta Pusat, Minggu (16/2/2014). Sebelumnya, mereka berkumpul di Bundaran Hotel Indonesia lalu melakukan long march ke Taman Suropati.

Dalam aksinya, mereka membentangkan spanduk dukungan kepada Gubernur DKI Joko Widodo alias Jokowi untuk maju menjadi calon presiden 2014. Selain membawa spanduk, mereka juga menggunakan kaus bergambar Jokowi dan membawa poster bertuliskan "Menuju Indonesia Baru"; "Indonesia Baru, Indonesia Jaya, Tanpa Kecurangan"; "Menuju Indonesia Baru bersama Jokowi Presiden RI 2014".

Ada dua ondel-ondel yang mengiringi hingga tiba di depan rumah dinas gubernur sekitar pukul 10.00 WIB. Awalnya, mereka ingin bertemu dengan politisi PDI Perjuangan itu. Namun, petugas keamanan mengatakan, Jokowi tengah menghadiri undangan pernikahan di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan. Mereka pun kecewa.

Akhirnya, Ketua Umum KIB, Reinhard Parapat menyerahkan sepucuk surat yang berisi pernyataan dukungan untuk Jokowi menjadi presiden 2014. "Kita dari KIB meminta Pak Jokowi untuk mau maju sebagai calon presiden 2014. Semoga surat petisi berisi dukungan dan tanda tangan seluruh relawan diterima baik ke tangan beliau (Jokowi)," kata Reinhard.

Surat petisi itu diterima oleh Pri, Sekretaris Rumah Tangga Gubernur. Ia berjanji menyerahkan surat itu kepada Jokowi. Akhirnya, mereka membubarkan aksi, namun beberapa orang diantaranya menunggu kedatangan Jokowi.

Reinhard mengatakan, KIB sengaja dibentuk akhir 2013 untuk mendorong Jokowi menjadi Presiden periode 2014-2019. Mereka yang tergabung dalam KIB berasal dari berbagai provinsi.

"Bisa diperiksa ini anggota-anggota saya ada yang dari Jambi, Ambon, Ternate, Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah. Kecuali perwakilan Bali dan Nusa Tenggara Barat belum bisa ikut," kata Reinhard.

Seperti diberitakan, elektabilitas Jokowi sebagai capres selalu teratas berdasarkan hasil survei berbagai lembaga survei. Namun, Jokowi tak pernah mau berkomentar mengenai pencapresan dengan alasan fokus pada pekerjaan sebagai Gubernur.

PDIP mengaku memasukkan Jokowi dalam skenario menghadapi Pilpres 2014. Skenario pertama, jika mereka berhasil melewati ambang batas pencalonan presiden-wakil presiden, maka sudah ada dua nama di internal yang akan dipasangkan sebagai capres dan cawapres, yakni Megawati Soekarnoputri dan Jokowi.

Skenario kedua, jika suara PDI-P di Pemilu Legislatif 2014 tidak cukup untuk mengusung pasangan capres-cawapres sendiri, maka Jokowi akan dipasangkan dengan cawapres dari partai koalisi. Karena itu, PDIP baru akan memutuskan pencapresan setelah Pileg.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com