Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Jumlah SPBG Sedikit karena Solar Masih Disubsidi

Kompas.com - 28/03/2014, 20:40 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai, selama solar masih mendapat subsidi dari pemerintah, maka tidak akan ada pengusaha yang mau berinvestasi membangun stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG).

Sementara itu, kata dia, Pemerintah Pusat menyatakan baru bisa memenuhi kebutuhan jumlah SPBG sebanyak 45 lokasi pada 2017. "Kenapa SPBG tidak banyak, karena swasta tidak mau bangun SPBG. Harga gas idealnya kan Rp 5000-6000, kalau solar harganya juga segitu, siapa yang mau punya mobil gas," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Jumat (28/3/2014).

Basuki mengatakan, peraturan daerah (Perda) nomor 22 tahun 2005 pasal 20 tentang pengendalian pencemaran lingkungan, yang mengharuskan seluruh mobil dinas pejabat Pemprov, anggota DPRD, kendaraan operasional, dan angkutan umum di Jakarta menggunakan gas tidak bisa diubah lagi.

Hal itu karena Perda tersebut telah sesuai dengan kebijakan energi di Indonesia pada masa mendatang. "Perda tidak mungkin diubah, karena begitu subsidi BBM dicabut, harga solar akan jadi Rp 10 ribu lebih. Ke depannya, cadangan SDA terbesar kita adalah gas. Dan ke depan, bahan bakar yang aman dan murah adalah gas," jelas pria yang akrab disapa Ahok itu.

Karena itu, Basuki menyarankan sebaiknya bus-bus transjakarta masih bisa menggunakan bahan bakar solar sembari menunggu kesiapan SPBG.  "Masak hanya gara-gara tidak ada gas, kita harus menunda pengadaan bus sampai empat tahun," tukasnya.

Seperti diberitakan, Basuki tengah kesal dengan Plt Sekretaris Daerah DKI Wiriyatmoko dan para anggota DPRD DKI Jakarta yang dinilainya menghambat proses pemberian sumbangan bus dari pihak swasta kepada Pemprov DKI Jakarta.

Menurut Ahok, tak seharusnya mereka mempersulit pemberian bus hanya karena bus-bus itu menggunakan bahan bakar solar. Ia menilai, para pejabat Pemprov DKI dan anggota DPRD juga melanggar Perda, karena menggunakan kendaraan yang tidak berbahan bakar gas.

"Mobilnya anggota dewan yang terhormat pakai gas atau solar? Solar kan. Seluruh pejabat Pemprov mobilnya pakai solar. Mobil dinas saya saja pakai solar. Tapi kenapa beli bus transjakarta pakai solar melanggar Perda," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com