Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Mata Pensiunan PT KAI Usai Dipaksa Meninggalkan Rumah Dinas

Kompas.com - 24/04/2014, 14:02 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Air mata membingkai di balik lensa kaca mata Binar Setianingrum. Wajahnya lelah dan kuyu, tertutup oleh kerudungnya. Kesedihan tengah menghampiri Binar lantaran rumah yang ia tempati selama bertahun-tahun tiba-tiba diminta untuk dikosongkan.

Bibir Binar hanya bisa terkatup melihat para petugas memboyong satu per satu peralatan rumah tangganya ke atas truk. Di samping Binar, adiknya, Tati, terus memeluk dan mengusap pundaknya.

"Tidak tahu dibawa ke mana barang-barangnya. Anak saya yang urus itu semua," ucapnya lirih.

Bukan hanya karena rumahnya diminta untuk dikosongkan, kesedihan Binar juga disebabkan oleh kondisi bahwa suaminya sedang sakit karena stroke.

Memang, rumah Binar yang berada di kompleks perumahaan PT KAI, Jalan Manggarai Utara 4 RT 05, adalah rumah dinas milik PT KAI. Suaminya, Edhi Sasongko, merupakan pensiunan PT KAI. Karena sudah pensiun, Edhi dan keluarganya dianggap sudah tidak memiliki hak tinggal di rumah tersebut.

Binar mengaku telah merawat rumah ini dengan baik. Dia dan suaminya memugar rumah hingga tertata sangat apik. Rumah tersebut bergaya zaman Belanda dengan bentuk lengkung di depannya. Halaman rumah yang agak luas ia tanami pepohonan untuk menimbulkan kesan rindang. Jadilah kebun mini, di depan rumahnya.

Menurut penuturan salah satu tetangga Binar, rumahnya kerap kali dijadikan pusat kegiatan warga sekitar. "Terakhir kali sewaktu peringatan Hari Kartini kemarin kami semua berkumpul di sini, sekarang malah jadi seperti ini. Enggak nyangka," kata ibu yang enggan disebutkan namanya.

Tidak hanya Binar yang terpukul, suaminya, Edhi Sasongko, lebih tak berdaya lagi. Edhi diungsikan ke rumah tetangga terdekatnya. Jaraknya beberapa rumah dari rumah tinggalnya.

Saat dikunjungi Kompas.com, Edhi hanya bisa meyandarkan tubuhnya di atas kursi. Selagi petugas memasuki rumahnya, dia mengaku hanya bisa terbaring di atas kasur. Sambil bicara terbata-bata, Edhi mengaku telah dua kali terkena stroke dan juga mengidap penyakit jantung.

"Makanya dokter selalu memperingatkan saya," tuturnya pelan.

Edhi tak menyangka, pada masa tuanya, ia akan tertimpa musibah seperti ini. Dia pun kaget, PT KAI, tempat ia mengabdi puluhan tahun, tega menyita rumahnya.

Edhi merupakan pensiunan Kepala Daop I Jakarta. Memang, setelah tahun 2007, dia sudah tidak aktif di PT KAI. Namun, menurut penuturannya, kini ia masih memiliki jabatan di Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), tepatnya sebagai Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Perkeretaapian, mendapat mandat langsung dari Menteri Perhubungan.

Dia tidak menyangka tiba-tiba banyak orang yang datang ke rumahnya pada pagi ini. Rasanya seperti diserang. "Kami seperti diserang. Mereka datang pagi. Saya hanya mendengar dari kamar. Awalnya mereka berdiskusi di depan, lalu lama-lama mereka memasuki rumah," ujarnya.

"Bagaimana tidak diserang, mereka banyak sekali orangnya, ada dari kepolisian, ada dari PT KA, masing-masing mungkin ada 50 orang, sedangkan kami hanya dibantu tetangga," ucapnya.

Menurut Edi, tidak ada pemberitahuan sebelumnya kepadanya. Tidak ada surat resmi menyatakan pengosongan rumahnya. Memang, sekitar 2 minggu lalu, dia sempat dipanggil oleh PT KAI ke kantor pusat di Juanda. Namun, pemanggilan itu tidak membicarakan tentang rumah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com