Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan DKI Jakarta Nandar Sunandar mengatakan, proyek peninggian dan pembuatan drainase itu akan dilakukan pada 2015.
Lokasi yang akan ditinggikan adalah areal di Blad 37, 15, 16, 17, yang rawan terkena banjir setiap tahunnya. Nandar mengatakan, drainase yang akan terbangun itu berada di luar areal makam.
"Drainase ini yang nantinya akan menampung air untuk kemudian terkoneksi ke sungai terdekat dengan TPU," ungkap Nandar, Minggu (25/5/2014).
Berdasarkan catatan, setiap tahunnya areal makam kali tergenang, seperti yang terjadi pada banjir awal 2014.
Terkait anggaran, Nandar mengaku masih dalam perhitungan. "Lebih jelasnya berapa nanti saat menyusun daftar penggunaan anggaran 2015 sudah keluar," ungkap Nandar.
Mirip danau
Hal itu diakui Muhammad Safri (55), salah seorang perawat dan penjaga makam di Blok AA Unit Islam, TPU Karet Bivak. Menurut Safri, areal makam, seperti Blok AA Unit Islam Blad 15, 16, dan 16, selalu terganang. "Sudah mirip danau," ungkap Safri, kepada Warta Kota, Minggu (25/5).
Di Blad 37, lanjut Safri, juga tergenang. "Wah, bulan Januari kemarin, ya .. di sini kayak danau," ungkap Safri. Bahkan, lanjutnya, di empat blok tersebut terdapat sedikitnya 15 makam Pejuang 45 yang terendam banjir.
"Ketinggian air ketika itu mencapai 1,2 m. Banyak juga makam Pejuang 45 yang terendam. Tapi, saya nggak hafal makam siapa saja. Yang pasti, ketinggian air bikin saya salut," ungkap Safri.
Safri yang mengenakan baju berwarna biru dan bertuliskan Suku Dinas Pemakaman Kota Administrasi Jakarta Pusat, di punggungnya, ini mengakui, dia hanya menyedot air untuk mengurangi genangan.
"Waktu itu, ada tiga mesin pompa yang dioperasikan. Air langsung dibuang ke kali mati," ungkap Safri. Upaya penyedotan dilakukan Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI bersama Suku Pemakaman Jakarta Pusat.
Perawat makam lainnya, Munadi (50), mengakui kondisi itu. Bahkan, menurut Munadi, dia pernah melihat sejumlah warga seperti tengah memancing di areal makam yang tergenang.
Tanah makam rendah
Munadi menambahkan, lokasi lahan makam itu memang rendah sehingga mudah terendam air saat hujan atau banjir. "Struktur tanah makam di Blok AA memang lebih rendah dari sekitarnya. Bentuknya cekung sehingga air yang merendam ratusan makam ini tak dapat mengalir ke mana-mana," ungkap Munadi.
Bahkan, lanjut Munadi, air dari kali mati masuk ke areal malam karena lokasi Blok AA cukup rendah. "Airnya mandek saja. nggak ngalir," ujar Munadi.
Munadi menambahkan, ketika terjadi genangan, untuk surut, butuh waktu cukup lama. "Bisa 2 sampai 3 minggu," ungkap Munadi.
Sementara itu, Kepala Suku Dinas Pemakaman Jakarta Pusat Dedy Tarmizi mengakui, genangan air itu terjadi karena memang di kawasan Blok AA1 TPU Karet Bivak memiliki cekungan. "Oleh sebab itu, ke depan akan dirancang tata ruang pemakaman agar hal ini tidak terjadi genangan lagi," ungkap Dedy. (m2/bin).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.