Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PT JM Tegaskan Tak Akan Mundur dari Proyek Monorel

Kompas.com - 26/06/2014, 10:57 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Utama PT Jakarta Monorail (JM) Jhon Aryananda menegaskan, Ortus Holdings (pemilik saham PT JM) tidak akan mundur dari proyek pembangunan monorel di Jakarta.

Menurut Jhon, keputusan untuk mundur hanya akan menimbulkan citra buruk bagi perusahaan yang dipimpin oleh Edward Soerjadjaja itu.

"Kami sebenarnya boleh mundur, cuma karena sudah telanjur selalu dituding tidak punya uang, kami tidak boleh mundur karena bisa mengancam eksistensi perusahaan," katanya saat acara diskusi publik Jakarta Monorail, Jadi Enggak Sih, di Jakarta, Rabu (25/6/2014).

Menurut Jhon, mundurnya Ortus dari proyek monorel hanya akan membuat orang membenarkan pernyataan Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang selama ini tak henti-hentinya menyerang PT JM dengan mengatakan perusahaan tersebut tidak punya kecukupan modal, tidak bonafide, dan tidak punya iktikad baik.

"Kita kan selalu dituding tidak punya uang, tidak bonafide, dan tidak punya iktikad baik. Kalau kita mundur, nanti orang memandang Ortus tidak punya uang," ujar Jhon.

Beberapa waktu lalu, Basuki melontarkan beberapa alasan kenapa ia meragukan PT JM. Menurut dia, selama ini PT JM selalu menolak jaminan 5 persen dari total nilai proyek yang diminta oleh Pemprov DKI Jakarta.

Padahal, kata dia, untuk bisa melakukan peminjaman uang di bank saja, sebuah perusahaan harus bisa menyediakan 30 persen dari total dana yang dipinjam.

"Kalau mereka bisa melakukan pinjaman di bank yang besaran jaminannya sampai 30 persen, harusnya kalau cuma 5 persen bisa dong. Kami tidak minta 30 persen, cuma 5 persen. Tapi, mereka masih nawar 0,5 persen. Karena itu, saya meragukan mereka punya modal," katanya di Balaikota Jakarta, Selasa (3/6/2014).

Pria yang akrab disapa Ahok itu menaruh curiga dengan "kengototan" PT JM meminta lahan seluas 200.000 meter persegi di Taman Tomang, Jakarta Barat, yang diklaim akan digunakan untuk depo.

Ahok menduga, bila nantinya lahan tersebut diberikan ke PT JM, ada kemungkinan besar perusahaan tersebut akan menjualnya lagi ke pihak lain. Nantinya, uang hasil penjualan lahan, lanjutnya, baru akan digunakan sebagai modal 30 persen pinjaman di bank.

"PT JM sudah terbukti tidak punya uang sejak zaman Sutiyoso dan Foke. Dulu pas wapresnya Jusuf Kalla sampai minta Menkeu Sri Mulyani untuk menjamin kalau ada kekurangan penumpang, kerugiannya akan ditanggung negara. Tapi, akhirnya tetap tidak jadi karena mereka tidak punya dana jaminan ke bank," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com