Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Samakah Hukuman dan Latihan Fisik dalam Organisasi Pencinta Alam?

Kompas.com - 08/07/2014, 11:38 WIB
Laila Rahmawati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Fisik yang kuat adalah modal utama bagi yang ingin menjadi bagian dari kegiatan pencinta alam. Setiap organisasi pencinta alam, termasuk organisasi ekstrakurikuler (ekskul) di sekolah, pun berlomba-lomba melatih fisik para anggotanya sehingga mampu menjadi pencinta alam (PA) yang sesungguhnya. Mendaki gunung, memanjat tebing, dan menelusuri gua-gua adalah beberapa contoh kegiatan anak pencinta alam.

"Biasanya sih hukuman fisik di sini kita kasih yang ngembangin fisik mereka juga, seperti push-up dan lari," kata Marie Stella, Ketua Kelompok Pencinta Alam SMA Charitas, Selasa (8/7/2014).

"Sisgahana (organisasi PA SMAN 70) termasuk kegiatan ekskul notorious di 70 dan terkenal kerasnya. Yang anak bela diri aja lari keliling lapangan 10 kali aja udah parah banget, itu anak Sisgahana minimal 10 lebih mungkin," kata Ismail, alumnus SMAN 70 angkatan 2012 yang mengikuti organisasi ekskul karate semasa SMA.

Sayangnya, latihan fisik tersebut kadang kala disalahgunakan oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan untuk melatih. Senior dan alumnus dalam suatu organisasi ekskul PA adalah contoh pihak yang memiliki kans untuk menyalahgunakan kekuasaan tersebut.

"Memang waktu masih yunior pun mereka diperlakukan seperti itu, tetapi bila dilihat kembali, diklat adalah pendidikan dan latihan, bukan ajang kekerasan. Kita ini Sispala (pencinta alam) bukan militer. Jika ingin memberikan hukuman pun, harusnya hanya push-up atau lari. Hukuman yang berbau kontak fisik adalah hukuman terburuk," kata Putra Novianto, anggota kelompok pencinta alam SMA Charitas yang baru lulus tahun ini.

Lima siswa kelas XI SMAN 3 Jakarta menjadi tersangka dalam kasus dugaan penganiayaan terhadap yuniornya saat kegiatan organisasi PA yang digelar di Tangkubanparahu, Bandung, Jawa Barat. Arfiand Caesar Al Irhamy dan Padian Prawirodirja adalah dua yunior yang meninggal setelah kegiatan tersebut.

"Kasus di SMAN 3 seharusnya tidak perlu terjadi. Pendidikan pada organisasi pencinta alam di lingkungan sekolah seharusnya lebih bernuansa akademis dan humanis. Kontak fisik yang terjadi adalah penyimpangan dari esensi pencinta alam itu sendiri," kata Ketua Mapala UI Ridwan.

Ridwan menambahkan, di Mapala UI, latihan fisik dilakukan atas dasar kebutuhan akan fisik yang kuat untuk mengikuti kegiatan di Mapala, bukan atas hukuman atau paksaan senior.

"Di Mapala UI, kalau penggemar panjat tebing, biasanya porsi pull-up itu banyak. Kalau yang gemar diving, porsi renangnya lebih banyak," tutur Ridwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Megapolitan
Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Megapolitan
Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Megapolitan
FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Megapolitan
Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Megapolitan
Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Megapolitan
Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com