Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angkutan Massal, Jangan sampai Membuat Kapok

Kompas.com - 14/07/2014, 20:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Meskipun beragam perbaikan telah diusahakan, penumpang pada jam sibuk di dalam angkutan umum massal, seperti kereta rel listrik dan bus transjakarta, masih dirasa terlalu padat. Jika bisa dibuat lebih nyaman, KRL dan bus transjakarta akan lebih menarik banyak peminat, apalagi jika kelak diintegrasikan dengan moda transportasi lainnya.

Hasil jajak pendapat Litbang Kompas, Juni lalu, menunjukkan kondisi di dalam bus transjakarta dan KRL, yang juga sering disebut dengan commuter line, di daerah Ibu Kota pada jam berangkat dan pulang kantor sangat tidak nyaman. Sesaknya penumpang di pagi dan sore hari adalah faktor yang paling tidak memuaskan dari layanan kedua angkutan umum massal ini.

Jika dibandingkan, sesaknya penumpang di bus transjakarta lebih banyak dikeluhkan ketimbang kepadatan di dalam kereta.

Lebih dari separuh responden menilai penumpang di dalam halte dan bus transjakarta terlalu padat setahun terakhir. Selain di dalam bus, antrean panjang dan lama di halte bus transjakarta, terutama pada jam-jam sibuk, juga dikritik.

Saat ini, kapasitas setiap bus gandeng mampu menampung 160 penumpang dan bus single 85 penumpang. Kapasitas ini rupanya belum mampu mengangkut penumpang yang sudah telanjur berdesakan di halte-halte.

Selain kepadatan penumpang pada jam sibuk, ketidaktepatan jadwal juga mendapat sorotan. Sebanyak 56,8 persen peserta survei yang selama ini telah menggunakan bus transjakarta menyatakan tidak puas dengan bus yang sering terlambat datang. Ketidaksesuaian jadwal juga menjadi hal yang paling banyak dikeluhkan pengguna KRL.

Pembenahan angkutan umum massal sebenarnya sudah mulai dilakukan. Armada bus dan kereta sudah ditambah, diiringi dengan pengadaan angkutan pengumpan.

Pada KRL, kondisi fisik stasiun satu per satu dibenahi agar lebih rapi dan modern. Jadwal kereta dan harga tiket bahkan diubah untuk mencoba mendekati kebutuhan masyarakat.

Setahun yang lalu, tepatnya 1 Juli 2013, tarif KRL turun. Sejak itu, para penumpang commuter line dikenai tarif progresif bersubsidi, yaitu Rp 2.000 untuk lima stasiun pertama kemudian Rp 500 untuk tiap tiga stasiun selanjutnya. Dengan tarif ini, biaya yang harus disiapkan calon penumpang jauh lebih sedikit dibandingkan sebelumnya.

Apresiasi

Warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pun mengapresiasi upaya-upaya yang dilakukan untuk membuat layanan angkutan umum massal lebih baik. Sebagian besar responden menilai layanan bus transjakarta secara umum saat ini sudah baik, terutama dari segi tarif yang terjangkau.

Mayoritas peserta survei juga menganggap servis KRL sudah cukup baik, khususnya bangunan stasiun yang lebih rapi dan nyaman, serta tarif KRL yang lebih kini terjangkau.

Sayangnya, pembenahan transportasi massal yang sudah dilakukan, termasuk penambahan armada, sampai sekarang masih belum bisa mengurangi kepadatan penumpang, baik di dalam bus maupun kereta.

Salah satu sebabnya adalah seringnya angkutan massal terlambat datang. Ketika sebuah bus atau satu rangkaian kereta terlambat datang pada saat jam berangkat atau pulang kerja, penumpukan penumpang di halte atau stasiun kereta tak terelakkan. Tidak mengherankan, saat bus yang ditunggu datang, para calon penumpang akan berebut dan memaksakan diri masuk meski di dalam bus ataupun gerbong sudah penuh.

Dari sisi permintaan, terjadi peningkatan penumpang angkutan massal yang seharusnya dapat diantisipasi. Dalam setahun terakhir ini, jumlah penumpang kereta naik 200.000 penumpang per hari (Kompas, 4 Juni 2014). Fakta ini menjadi sinyal bahwa angkutan umum massal, terutama KRL komuter, semakin diminati.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sopir di Tangerang Curi Uang Majikan Rp 150 Juta, Ajak Istri Saat Beraksi

Sopir di Tangerang Curi Uang Majikan Rp 150 Juta, Ajak Istri Saat Beraksi

Megapolitan
Polisi: Kami Butuh Partisipasi Warga untuk Atasi Tawuran

Polisi: Kami Butuh Partisipasi Warga untuk Atasi Tawuran

Megapolitan
Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Kepulan Asap Putih Bikin Pemadam Kewalahan

Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Kepulan Asap Putih Bikin Pemadam Kewalahan

Megapolitan
Harapan Masyarakat untuk RTH Tubagus Angke, Nyaman Tanpa Praktik Prostitusi...

Harapan Masyarakat untuk RTH Tubagus Angke, Nyaman Tanpa Praktik Prostitusi...

Megapolitan
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Mei 2024

Megapolitan
Nahas, Balita di Matraman Tewas Terperosok ke Selokan Saat Main Hujan-hujanan

Nahas, Balita di Matraman Tewas Terperosok ke Selokan Saat Main Hujan-hujanan

Megapolitan
Proyek Pengembangan Stasiun Tanah Abang Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Proyek Pengembangan Stasiun Tanah Abang Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Megapolitan
Polisi Bakal Pertemukan Perwakilan Warga Klender dan Cipinang Muara demi Atasi Tawuran di Pasar Deprok

Polisi Bakal Pertemukan Perwakilan Warga Klender dan Cipinang Muara demi Atasi Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Ketika Si Kribo Apes Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg karena Bayar Makan Sesukanya...

Ketika Si Kribo Apes Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg karena Bayar Makan Sesukanya...

Megapolitan
3 Orang Tewas akibat Kebakaran Kapal di Muara Baru

3 Orang Tewas akibat Kebakaran Kapal di Muara Baru

Megapolitan
PPKUKM Akui Tumpukan Sampah 3 Ton Jadi Faktor Utama Sepinya Lokbin Pasar Minggu

PPKUKM Akui Tumpukan Sampah 3 Ton Jadi Faktor Utama Sepinya Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
3 Kapal Nelayan di Muara Baru Terbakar akibat Mesin Pendingin Ikan Meledak

3 Kapal Nelayan di Muara Baru Terbakar akibat Mesin Pendingin Ikan Meledak

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Megapolitan
Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com