Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sang Penakluk Api dalam Hening Lebaran

Kompas.com - 30/07/2014, 15:43 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Waktu maghrib telah tiba, puasa terakhir telah dilewati. Sesaat kemudian, lantunan takbir dan gema beduk mulai bersahut-sahutan. Jalanan Jakarta yang biasanya hiruk-pikuk oleh lalu lalang manusia yang tegang oleh tugas-tugas mereka pada malam takbiran terasa syahdu.

Rintik hujan yang menyelimuti malam takbiran tidak menyurutkan pasukan-pasukan penabuh beduk di hari kemenangan.

Hari Lebaran pun tiba, Jakarta lengang. Lebih dari separuh penduduknya memilih berlebaran bersama sanak saudara di kampung halaman yang jaraknya mungkin bermalam-malam dari Jakarta. Tetapi tak mengapa, toh Lebaran cuma sekali setahun.

Namun, itu tidak berlaku bagi semua orang. Beberapa profesi mengharuskan untuk tetap siaga meski ini Hari Raya. Di Jakarta yang tenang, ada orang-orang yang awas berjaga agar kota tetap aman saat orang-orang kembali ke pelukan Sang Ibu Kota.

Salah satunya adalah Suhada, pria kelahiran Purworejo, 11 Januari 1965. Dia seorang petugas pemadam kebakaran, yang juga komandan Peleton Seksi Bantuan Operasi Dinas Pemadam Kebakaran dan Badan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta.

Sebagai seorang petugas pemadam kebakaran, mustahil bagi Suhada untuk meninggalkan pekerjaan.

"Kami tetap masuk seperti biasa. Dalam suasana Lebaran, dibatasi cuti dua orang dalam satu grup, nanti bisa ambil cuti lain waktu tidak berbarengan supaya tidak ada kekosongan," kata Suhada saat ditemui di kantornya, Rabu (30/7/2014), seperti dikutip Antaranews.com.

Suhada yang sudah bergabung dengan Satuan Pemadam Kebakaran sejak 2001 itu mengaku sudah terbiasa dengan ritme kerja seperti itu. Keluarga kecilnya pun sudah maklum kalau empat tahun terakhir ini ia tidak pernah bisa mengajak mereka pulang kampung.

"Saya sudah beri mereka pengertian, tugas bapaknya memang begini, ya mau bagaimana lagi namanya pekerjaan," kata dia.

Suhada benar-benar harus siaga. Pada malam takbiran saja, dia harus turun bergelut dengan si jago merah karena ada salah satu rumah warga yang tersulut api petasan.

"Petugas pemadam kebakaran itu tidak ada istilah siaga dua atau tiga, kami siaga satu terus karena tidak tahu kapan dan di mana musibah terjadi," katanya.

Setiap hari, Suhada harus menempuh perjalanan kira-kira empat jam untuk sampai di kantor. Rumahnya yang di Cikampek, Jawa Barat, membuatnya harus berangkat sebelum subuh untuk kemudian naik bus antar-kota agar tidak terlambat apel pukul 7.30 WIB di Jakarta.

"Setiap hari seperti itu. Tapi saya selalu katakan pada diri saya sendiri, orang lain saja bisa kok masuk setiap hari dari Cikampek atau Purwakarta pulang pergi ke Jakarta, masa saya yang cuma tiga kali seminggu tidak bisa?" katanya.

Suhada dan rekan-rekannya memang hanya bertugas tiga kali seminggu. Namun, dia harus bekerja 24 jam tiap harinya.

"Jadi kalau hari ini masuk, besok saya libur, besoknya masuk 24 jam lagi, besoknya libur, seperti itu terus selanjutnya. Hari libur itu pun digunakan sebagai hari cadangan, kita tetap harus siaga dan datang ke kantor untuk ikut kegiatan, misalnya olahraga, keagamaan, atau keterampilan, tapi cuma sampai jam 11.00 WIB," katanya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Megapolitan
Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Megapolitan
Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Megapolitan
Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Megapolitan
Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Megapolitan
Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Megapolitan
Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Megapolitan
Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Megapolitan
Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com