Pengeluaran juga ditekan dengan membiasakan memakan hasil masakan rumah. Strategi ini menjadi pilihan agar kebutuhan-kebutuhan lainnya juga tercukupi.
Menurut Survei Biaya Hidup 2012 yang dirilis BPS awal 2014, beban biaya hidup yang harus ditanggung satu keluarga dengan empat anggota mencapai Rp 7,5 juta per bulan.
Hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Litbang Kompas pada pertengahan November 2014 memperkuat bukti tingginya pengeluaran warga DKI Jakarta. Sebanyak 53,1 persen responden mengatakan, pengeluaran keluarga mereka berkisar antara Rp 2,5 juta hingga Rp 5 juta per bulan. Sebanyak 16,2 persen responden bahkan menyatakan biasa membelanjakan Rp 7 juta per bulan untuk berbagai kebutuhan keluarga.
Pengeluaran terbesar umumnya dihabiskan untuk berbelanja makanan dan minuman. Porsi biaya untuk makanan-minuman bisa membengkak jika ada acara makan di luar rumah.
Wulan (27), salah seorang responden, menyatakan biaya bersantap kelas dagangan kaki lima/warung sederhana untuk sekali makan kurang lebih Rp 20.000 per orang. Berarti biaya sekali makan untuk satu keluarga dengan empat anggota sekitar Rp 80.000. ”Bayangkan, mahalnya kalau makan di restoran,” kata Wulan.
Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk biaya pendidikan anak. Porsi pengeluaran ini sulit ditekan mengingat masa depan sang buah hati taruhannya.
Pemerintah sebenarnya sudah berupaya menaikkan upah minimum provinsi/kota/kabupaten (UMP/UMK) untuk meningkatkan kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan dasarnya. Namun, usaha ini tampaknya harus berkejaran dengan kenaikan harga, mulai dari harga bahan pokok hingga biaya sekolah. Apalagi, lonjakan harga di Ibu Kota relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kota lainnya di negeri ini.
Dari catatan terbaru BPS, kenaikan harga pada Oktober 2014 dibandingkan bulan yang sama tahun lalu di metropolitan ini mencapai 5,17 persen. Padahal, inflasi tahunan pada Oktober gabungan di 82 kota di Indonesia hanya 4,83 persen.
Dengan tingginya ongkos hidup, beragam cara ditempuh untuk bisa bertahan di Ibu Kota. Pasar tradisional jadi pilihan karena dipercaya harga berbagai barang di sini lebih murah dibandingkan dengan di pasar modern.
Selain itu, prinsip substitusi juga diterapkan. ”Kalau misalnya harga ikan lagi naik, enggak dibeli dulu, ganti dengan yang lain,” demikian cara Yulia (22).
Ada pula yang berupaya menyusutkan pengeluaran dengan memakai kendaraan umum. Misalnya, naik bus transjakarta ataupun kereta commuter line ke tempat kerja setiap hari demi bisa tetap menabung. (Susanti Agustina S/Litbang Kompas)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.