Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo Harap Ahok Turun Tangan di Sengketa Lahan Bank DKI dan Lippo

Kompas.com - 15/12/2014, 18:05 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Prabowo Soedirman berharap Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama ikut turun tangan terkait sengketa lahan antara Bank DKI dan Lippo Group di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat.

Menurut Soedirman, Ahok harus terlibat karena sengketa ini sudah sampai di Mahkamah Agung (MA), di mana Bank DKI berada pada posisi di pihak yang terancam kalah.

"Permasalahan ini sekarang sudah di Mahkamah Agung. Saya berharap gubernur turun gunung menyelesaikan permasalahan ini," kata Prabowo, di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (15/12/2014). [Baca: Cegah Lahan Bank DKI Jatuh ke Lippo, DPRD DKI Akan Bentuk Pansus]

Prabowo menilai Bank DKI merupakan pihak yang paling dirugikan terkait dengan sengketa lahan dengan Lippo Group itu. Sebab, sebagai pemilik sah lahan, Bank DKI seharusnya sudah menikmati infrastruktur dari Lippo terkait mekanisme kerja sama build operation transfer (BOT) yang dilakukan sekitar tahun 1997.

"Seharusnya, di tanah sudah berdiri bangunan bernilai ekonomi tinggi. Bank DKI pun bisa memanfaatkan sebagai kantor pusat. Tetapi, pihak swasta beralasan pada 1997 terjadi krisis ekonomi sehingga tidak bisa membangun. Tetapi, saat ekonomi membaik mereka belum juga membangun. Ini artinya swasta itu melakukan wanprestasi, perjanjian seharusnya batal demi hukum," ujar politisi Partai Gerindra itu.

Sebelumnya, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi berencana ingin membentuk panitia khusus (Pansus). Menurut Pras, Pansus nantinya tidak hanya akan mengaudit lahan milik Bank DKI yang terancam hilang itu, tetapi juga mengaudit aset-aset BUMD apa saja yang saat ini dalam status BOT ke pihak lain.

"Itu bagaimana sampai BOT ke Lippo. Terus kita kalah di MA katanya. Kok aset kita bisa hilang. Makanya ini kita mau pansus-kan. Aset mana saja ini yang dimiliki Bank DKI. Kita juga mau audit aset mana aja yang di-BOT-kan," ujar politisi PDI Perjuangan itu.

Pras mengaku belum lama mengetahui hal tersebut. Informasi baru diperolehnya saat Bank DKI meminta anggaran pembelian lahan untuk pembangunan kantor baru karena menganggap kantor mereka yang berada di Jalan Juanda sudah tidak memadai.

"Awalnya kita mau tanya BUMD apa aja yang minta anggaran. Mereka (Bank DKI) salah satunya. Mereka bilang mau beli lahan bangun kantor baru karena kantor yang di Juanda sudah sempit. Saya heran, kenapa beli tanah lagi kan ada aset di Thamrin. Pas kita tanyakan Bank DKI soal aset di Thamrin, katanya sedang (sengketa) di MA, kita hampir kalah," kata Pras.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com