Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalau Sudah Terpaksa, Orang Mau Naik Angkutan Umum

Kompas.com - 06/01/2015, 08:43 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia Alvinsyah menyambut positif perluasan pelarangan sepeda motor di jalan-jalan protokol. Menurut dia, semakin luas cakupan kawasan yang dilarang, semakin besar kemungkinan orang beralih ke angkutan umum.

“Kalau sudah tepaksa, orang juga mau naik angkutan umum. Ini saja pembatasannya masih pendek, makanya orang lebih memilih cari jalur alternatif,” kata Alvinsyah saat dihubungi Senin (5/1/2015).

Bahkan, jika perlu, kata dia, pembatasan perlu dilakukan bukan satu jalan, tetapi satu wilayah. Sehingga tidak ada “jalur tikus” yang dapat dilewati sepeda motor. Dengan begitu, pengendara benar-benar dipaksa beralih ke angkutan umum.

Alvinsyah mengatakan, orang-orang yang sekarang menaiki sepeda motor adalah orang-orang yang dulunya menggunakan angkutan umum. Namun, karena pertumbuhan ekonomi meningkat, akses mendapatkan sepeda motor juga mudah, semakin banyak orang beralih menggunakan sepeda motor.

“Pemerintah tidak bisa melarang karena memang itu hak orang. Satu-satunya jalan untuk memaksa mereka beralih ke angkutan umum adalah dengan melarang melintas,” ujar dia.

Menurut dia, pelarangan sepeda motor ini merupakan titik balik suatu negara berkembang untuk memperbaiki sistem transportasi. Karena pembangunan dan transportasi berbanding terbalik, “Semakin berkembang pembangunan semakin buruk transportasi. Sebab, daya beli masyarakat meningkat untuk membeli kendaraan pribadi,” kata dia.

Akan tetapi, perlu ada upaya dari pemerintah untuk mengimbanginya. Salah satu caranya yaitu dengan memaksa orang untuk beralih ke angkutan umum. “Meski memang berat awalnya, protes di mana-mana. Ini sudah benar pelarangan sepeda motor,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com