Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka Berjibaku Siang-Malam Menghadang Banjir

Kompas.com - 09/01/2015, 14:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Di balik hiruk-pikuk upaya memerangi banjir di Ibu Kota, tak banyak yang tahu bahwa sekelompok orang sepanjang siang-malam berjibaku untuk menghadang bencana tersebut.

Mereka adalah penjaga pintu air yang kerap kali menuai cacian ketimbang pujian. Padahal, mereka harus mempertaruhkan nyawa jika tiba-tiba muncul limpahan air dari hulu disertai air laut pasang.

”Rumah saya sekitar tiga kilometer dari sini (tempat kerja). Kalau banjir seperti ini, rumah saya pasti ikut kebanjiran,” tutur Suherman (40), penjaga Pintu Air Cengkareng Drain, Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat.

Sabtu (27/12/2014) pukul 14.00 siang, hujan sempat reda setelah beberapa jam mengguyur Jakarta. Ayah dua anak ini bisa bernapas sedikit lega. Dipijitnya tombol telepon selulernya lalu ia mengirimkan pesan singkat kepada istri yang hanya berdua dengan anak keduanya, Asep Maulana (8), di rumah yang berada di RT 012 RW 017 Cengkareng Timur.

Setelah memastikan situasi aman, ia pun membuka bungkusan nasi yang sebenarnya dibeli untuk sarapan. Sepotong dada ayam menjadi lauknya hari itu. Namun, baru beberapa suap, ia hentikan aktivitas makannya. ”Rasa laparnya sudah keburu lewat,” tuturnya.

Selain telah terlalu siang, hari itu, pria asal Purwakarta ini mendapat ”kunjungan” warga yang membuyarkan selera makannya. Sekitar 30 warga RW 012 mendatangi Suherman
karena rumah mereka kebanjiran.

Warga menuduh Suherman hanya berdiam diri melihat air yang semakin meninggi. Padahal, kata Suherman, selain debit air memang tinggi, banjir juga disebabkan limpahan air tidak ditahan dari pintu air yang lain.

”Kalau cuma didatangi warga sih sering. Saya malah pernah dilempari batu dan botol. Katanya saya tidak kerja. Mereka tidak paham kalau malam-malam mesin pompa rusak karena sampah, saya harus ngos-ngosan menyelam untuk memperbaikinya,” tutur Suherman.

Suherman, ”pegawai” satu-satunya di rumah pompa dan pintu air itu harus bekerja siang dan malam. Ia hanya berkesempatan pulang ke rumahnya pada Jumat malam. Itu pun tak lama, karena dia harus segera kembali lagi ke ”rumah” keduanya.

Rutinitas seperti itu ia lakoni selama lima tahun terakhir. Meski begitu, ia tidak ingin meninggalkan tanggung jawabnya. Menurut dia, pekerjaan ini bisa menyelamatkan banyak orang dari ancaman banjir.

Eko Sukma (29) pun bernasib sama, meski tugasnya boleh dibilang lebih enteng. Penanggung jawab Rumah Pompa Sindang, Koja, Jakarta Utara, ini masih sempat pulang ke rumahnya. Ia memiliki empat rekan yang bisa saling bergantian.

”Tapi, kalau hujan deras, ya, kami tidak bisa pulang. Takutnya teman yang lain kewalahan tangani banjir,” katanya. Koja adalah salah satu titik banjir terparah di Jakarta Utara.

Sudah hampir sepuluh tahun bekerja, statusnya sebagai pegawai honorer belum juga berubah. Eko memang telah diumumkan lolos sebagai CPNS pada 2013, tetapi sampai saat ini belum ada kejelasan. Setiap bulan, Eko dan rekan-rekannya sesama honorer digaji Rp 2,4 juta, sesuai dengan UMP Jakarta.

Sudah pas-pasan, pembayarannya pun per triwulan. Pinjaman di koperasi dan utang kepada keluarga jadi katup pengaman.

Risiko tugas dan kesejahteraan keluarga mereka rupanya tak berbanding lurus. (Saiful Rijal Yunus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Modus Preman Palak Bus Wisata di Gambir: Mengadang di Pintu Stasiun, Janjikan Lahan Parkir

Modus Preman Palak Bus Wisata di Gambir: Mengadang di Pintu Stasiun, Janjikan Lahan Parkir

Megapolitan
Kapolda Metro: Judi 'Online' Cuma Untungkan Bandar, Pemain Dibuat Rugi

Kapolda Metro: Judi "Online" Cuma Untungkan Bandar, Pemain Dibuat Rugi

Megapolitan
Bocah Tewas Terjatuh dari Lantai 8 Rusunawa Cakung, Polisi: Jendela untuk Bersandar Tidak Kokoh

Bocah Tewas Terjatuh dari Lantai 8 Rusunawa Cakung, Polisi: Jendela untuk Bersandar Tidak Kokoh

Megapolitan
Sejak 2023, 7 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosi Situs Judi 'Online'

Sejak 2023, 7 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosi Situs Judi "Online"

Megapolitan
Momen Haru Risma Peluk Pelajar di Tanimbar yang Bipolar dan Dibesarkan Orangtua Tunggal

Momen Haru Risma Peluk Pelajar di Tanimbar yang Bipolar dan Dibesarkan Orangtua Tunggal

Megapolitan
Kapolda Metro Perintahkan Kapolres-Kapolsek Razia Ponsel Anggota untuk Cegah Judi “Online”

Kapolda Metro Perintahkan Kapolres-Kapolsek Razia Ponsel Anggota untuk Cegah Judi “Online”

Megapolitan
Bocah yang Jatuh dari Lantai 8 Rusunawa di Cakung Ternyata Ditinggal Orangtunya Bekerja

Bocah yang Jatuh dari Lantai 8 Rusunawa di Cakung Ternyata Ditinggal Orangtunya Bekerja

Megapolitan
Bawaslu DKI Mengaku Kekurangan Personel Jelang Pilkada 2024

Bawaslu DKI Mengaku Kekurangan Personel Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Polisi Bakal Mediasi Kasus Ojol yang Tendang Motor Warga di Depok

Polisi Bakal Mediasi Kasus Ojol yang Tendang Motor Warga di Depok

Megapolitan
Polda Metro Buka Peluang Kembali Periksa Firli Bahuri di Kasus Dugaan Pemerasan SYL

Polda Metro Buka Peluang Kembali Periksa Firli Bahuri di Kasus Dugaan Pemerasan SYL

Megapolitan
 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosikan Judi Online, Polisi : Baru Terima Gaji Rp 3 juta

Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosikan Judi Online, Polisi : Baru Terima Gaji Rp 3 juta

Megapolitan
SYL Klaim Beri Rp 1,3 Miliar ke Firli Bahuri, Kapolda Metro: Menarik, Akan Kami Cek

SYL Klaim Beri Rp 1,3 Miliar ke Firli Bahuri, Kapolda Metro: Menarik, Akan Kami Cek

Megapolitan
Selebgram Bogor Gunakan Gaji dari Promosi Situs Judi 'Online' untuk Bayar Sewa Kos

Selebgram Bogor Gunakan Gaji dari Promosi Situs Judi "Online" untuk Bayar Sewa Kos

Megapolitan
Oknum Ormas Diduga Pungli ke Pengendara di Samping RPTRA Kalijodo, Warga Keberatan tapi Tak Berani Menegur

Oknum Ormas Diduga Pungli ke Pengendara di Samping RPTRA Kalijodo, Warga Keberatan tapi Tak Berani Menegur

Megapolitan
Kasus Mertua Dianiaya Menantu di Jakbar, Pakar Nilai Ada Upaya Penghentian Perkara oleh Polda

Kasus Mertua Dianiaya Menantu di Jakbar, Pakar Nilai Ada Upaya Penghentian Perkara oleh Polda

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com