Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Potong Hewan dan Karantina Babi Ikut Kebanjiran

Kompas.com - 09/02/2015, 16:42 WIB
Nur Azizah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah Kawasan di Jakarta digenangi banjir akibat hujan yang tak kunjung reda, sejak Minggu (8/2/2015) hingga Senin (9/2/2015) sore ini. Salah satu tempat yang ikut terendam banjir adalah rumah pemotongan hewan (RPH) dan karantina babi di kawasan Kapuk, Jakarta Barat.

Masih jauh dari lokasi pemotongan, air sudah meluap mengisolasi jalan dari Jalan Kapuk Raya hingga Jalan Peternakan II, lokasi RPH dan karantina babi berada.

Beberapa kendaraan pun nampak nekat melintasi jalan tersebut. Namun, tak banyak sepeda motor dan mobil mogok saat berusaha menerobos air setinggi satu meter itu.

Sesampainya di depan gerbang, seorang pria yang memberitahu bahwa RPH dan karantina babi tutup lantaran banjir yang mengenangi kawasan tersebut.

Yanto (nama samaran) petugas keamanan RPH babi tak mengelak jika kawasan itu kerap disambangi banjir. Tetapi jika banjir tak terlampau parah, aktivitas pemotongan akan berjalan seperti biasa.

"Di sini operasi akan dihentikan sementara kalau banjir setinggi satu meter atau lebih," kata Yanto.

Sama seperti di karantina babi yang berada persis di seberang jalan yang terletak di Jalan Peternakan I, karantina ini akan ditutup sementara jika terjadi banjir lebih dari satu meter.

Menurut Yanto, saat banjir setinggi satu meter, kandang akan terendam meskipun sudah ditinggikan dan melarutkan segala yang ada termasuk kotoran babi.

Tak pelak, banjir akan menjadi ancaman kesehatan bagi warga yang bermukim di dekat kawasan ini.

Selamet, salah satu warga Kelurahan Kapuk yang tinggal hanya berjarak kurang dari 30 meter dari peternakan, mengakui daerah itu rawan genangan dan Banjir.

Setiap hujan deras turun selama satu jam, genangan mulai muncul. Jika hujan turun seharian, banjir akan terjadi setinggi paha orang dewasa. "Pernah banjir tingginya semeter," ujar Selamet.

Dia mengaku hampir tidak pernah keluar rumah saat banjir di wilayah tersebut. Hal itu dikarenakan air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran babi.

"Jijik bangetlah kalau banjir. Kan kotorannya ikut terbawa air. Tercampur jadi satu," ujarnya.

Dalam pantauan Kompas.com, kondisi tembok yang roboh akibat keropos adalah salah satu penyebab tercampurnnya kotoran babi dengan genangan air yang berada di luar karatina.

Sementara itu, menurut Lurah Kapuk Firmansyah, banjir yang melanda kawasan sekitar RPH babi disebabkan adanya endapan lumpur yang tinggi di saluran air.

Akibatnya, air yang dapat ditampung oleh saluran air selebar dua meter itu menjadi sedikit. "Seharusnya saluran air yang ke arah waduk di samping RPH dikeruk oleh back hoe supaya tidak mampat," kata Firmansyah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com