Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kantong Parkir Tidak Diperhatikan

Kompas.com - 09/03/2015, 15:17 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Kantong-kantong parkir liar dan resmi tumbuh di sekitar terminal, stasiun, dan persimpangan utama di Jakarta Timur. Kehadirannya menjadi umpan, menampung kendaraan kaum urban yang menuju tengah kota Jakarta. Namun, kantong-kantong parkir yang layak masih minim. Yang dominan malah kantong parkir liar.

Jakarta Timur sebagai salah satu pintu masuk warga dari daerah-daerah penyangga Jakarta, berdasarkan data Jabodetabek Public Transportation Policy Implementation Strategy, setiap hari dilalui 2,5 juta perjalanan dari Bekasi. Sementara dari Depok dan Bogor sebanyak 2,2 juta perjalanan, meskipun itu terbagi ke wilayah Jakarta Selatan.

Kantong parkir liar di bawah kolong tol, depan Stasiun Cakung, misalnya, setiap hari dipadati lebih dari 500 sepeda motor. Para pesepeda motor dari Bekasi dan sebagian warga Jakarta Timur itu umumnya menggunakan kantong parkir tersebut karena tak tertampung di areal parkir Stasiun Cakung.

”Sering kali parkir di stasiun sudah penuh, saya tidak kebagian. Makanya masuk parkir kolong tol ini,” kata Asih (35), warga Bekasi yang bekerja di daerah Sudirman.

Tono, pengelola parkir di kolong tol depan Stasiun Cakung itu, mengungkapkan, kantong parkir di sekitar stasiun sudah ada sejak 1990-an. Para pemotor yang parkir tak hanya datang dari Bekasi, tetapi juga warga Jakarta. ”Ini ada pelanggan saya sudah 15 tahun parkir di tempat saya. Dia tinggal di Jakarta Timur, kerja di Cikarang dengan menumpangi kereta,” kata Tono.

Padahal, kantong parkir liar ini hanya menggunakan lahan kolong tol berlantai tanah. Ada kalanya saat hujan, areal parkir itu tak nyaman karena tanah yang basah menjadi licin.

Terbatas

Adapun kantong-kantong parkir resmi dengan areal parkir beraspal di Jakarta Timur masih sangat terbatas. Beberapa areal parkir resmi itu baru tersedia di stasiun kereta, dan areal park and ride di Pusat Grosir Cililitan (PGC) dan Terminal Kampung Rambutan.

Areal park and ride di samping Pusat Grosir Cililitan berupa parkir susun berlantai empat khusus untuk sepeda motor. Areal parkir itu hanya seluas 200 meter persegi. Namun, karena berlantai empat, areal parkir itu dapat menampung hampir 1.000 sepeda motor.

Rima (35), salah seorang pengguna park and ride di samping PGC ini, mengaku sangat membutuhkan kantong-kantong parkir, karena itu dapat memudahkannya dalam mobilitas ke beberapa tempat. ”Saya tinggal parkir sepeda motor, kemudian naik bus transjakarta,” kata Rima yang bekerja sebagai sales produk.

Namun, karena berdampingan dengan PGC, areal park and ride juga digunakan oleh para pengunjung PGC. Apalagi, sampai sekarang areal parkir itu masih gratis.

Bahkan, di kawasan persimpangan Cawang di Jalan Sutoyo, Jakarta Timur, kantong parkir seluas hampir 1.000 meter persegi sudah beroperasi sejak 1985. Sarif (48), pengelola parkir itu, mengungkapkan, setiap hari ada 300 sepeda motor dan 20 mobil parkir di areal parkir tempatnya.

Menurut Sarif, saat ini jumlah kendaraan yang parkir di tempatnya agak berkurang dibandingkan 10 tahun lalu lantaran muncul dua areal parkir yang menyerupai miliknya.

”Kendaraan yang parkir di tempat kami berkurang karena terbagi ke areal parkir yang ada di kanan dan kiri tempat kami,” ujarnya.

Di sekitar Terminal Kampung Rambutan pun, kantong-kantong parkir liar menjamur di balik warung-warung di sepanjang jalan raya. Hampir setiap hari, kantong-kantong parkir itu dipadati sepeda motor.

”Ada warga Bogor atau Depok yang bekerja di Jakarta, dan juga sebaliknya. Biasanya, di akhir pekan, mereka membawa motornya pulang,” kata seorang penjaga kantong parkir di sekitar Terminal Kampung Rambutan. (MDN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com