Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Ahok Mengapa sampai Keluar "Bahasa Toilet"

Kompas.com - 20/03/2015, 14:10 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memiliki alasan mengapa ia melontarkan pernyataan kasar di tayangan Kompas TV  beberapa waktu lalu. Sebab, Basuki sudah "gerah" dengan kongkalikong yang selama ini terjadi antara oknum satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan anggota DPRD DKI.

Kongkalikong itu terjadi dalam bentuk penggelembungan anggaran serta penyusupan program pokok pikiran (pokir) DPRD. 

"Teman-teman saya bilang, saya masih lumayan keluarin 'bahasa toilet' karena saya sudah enggak tahan. Saya betul-betul muak dengan kemunafikan, kepura-puraan dengan sistem oknum pejabat yang hidup mewah-mewah, sementara rakyat enggak bisa hidup," kata Basuki di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (20/3/2015).

Keprihatinannya inilah yang membuat dia ingin mengubah tradisi buruk tersebut. Basuki mengaku tak takut dimusuhi semua orang dan ditembak akibat sikapnya saat ini, seperti saat ia menemukan adanya usulan anggaran sebesar Rp 12,1 triliun ke dalam RAPBD 2015.

Anggaran itu, menurut Basuki, lebih baik dialokasikan untuk program-program penanggulangan banjir, kemacetan, peningkatan pendidikan, dan lain-lain dibandingkan digunakan untuk membeli perangkat uninterruptible power supply (UPS), alat kebugaran, dan scanner di sekolah-sekolah. 

Lebih lanjut, Basuki mengaku selalu mengingat ajaran ayahnya, Indra Tjahaja Purnama, untuk menjadi pejabat yang baik dan berpihak kepada rakyat. Sebab, hanya dengan menjadi pejabat publiklah seseorang dapat memenuhi kebutuhan warga kurang mampu.

"Saya masuk ke politik karena itu. Saya bisa masuk ke politik karena kemarahan. Saya sebagai pengusaha enggak mampu menolong orang miskin. Makanya, jujur saja, saya jadi politisi di tengah kemarahan. Kemarahan melihat oknum pejabat yang korup, tetapi santun luar biasa dan rakyat begitu miskin, makanya saya marah. Itu kemuakan hati saya saja. Makanya, saya enggak bisa nahan (amarah) ya keluar ('bahasa toilet')," ujar Basuki. (Baca: Ahok: Saya Minta Maaf Bawa "Bahasa Toilet")

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com