Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jam Kemacetan di Ciledug-Tendean Bertambah Panjang

Kompas.com - 27/03/2015, 10:44 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Jam kemacetan di jalur pembangunan jalan layang Ciledug-Tendean bertambah sekitar satu jam pada pagi dan malam hari. Hal ini dikarenakan adanya penyempitan jalur akibat alat berat dalam pembangunan jalan layang sepanjang 9,3 kilometer tersebut.

Jika sebelumnya kemacetan berakhir sekitar pukul 11.00 WIB pada pagi hari maka saat ini menjadi pukul 12.00 WIB. Sementara, jika pada malam berakhir pukul 22.00 WIB, maka saat ini menjadi pukul 23.00 WIB.

Kasubdit Kamsel Ditlantas Polda Metro Jaya, AKBP Irvan Satya, mengatakan, meningkatnya kemacetan bukan dikarenakan bertambahnya volume kendaraan. "Justru kendaraan tidak ada penambahan, tapi jalurnya yang berkurang. Ada beberapa titik yang memang menjadi penyempitan sehingga menimbulkan antrean," kata Irvan, Jumat (27/3/2015).

Irvan mengatakan, awalnya, sebelum pembangunan pihak Ditlantas Polda Metro Jaya bersama 8 kontraktor yang menggarap pembangunan jalan layang khusus bus transjakarta tersebut telah mengadakan rapat. Dalam rapat disetujui kalau dalam pembangunan tidak mengambil lahan jalan, sehingga bila memang harus memasang alat maka akan ada penambahan jalur sehingga tidak ada pengurangan.

"Saya dibohongi oleh mereka, kita mendapat laporan dari Ciledug dan Jakarta Selatan justru mereka tidak ada penambahan jalur, malah memakai satu jalur untuk pembangunannya," ujarnya.

Atas dasar itu, lanjut Irvan, ia akan memanggil 8 kontraktor dan Dinas terkait pelanggaran tersebut. "Kita sudah memanggil mereka, saat itu saya bilang ke mereka kalau saya merasa dibohongi karena rencana awalnya tidak ada yang berjalan. Tapi mereka mengaku kalau jalan yang ada di lokasi pembangunan tidak memungkinkan untuk diperlebar," ungkapnya.

Untuk sementara, antisipasi kemacetan hanya sekadar pemasangan spanduk sosialisasi kepada pengendara. "Akhirnya, mereka hanya memasang spanduk sosialisasi dan kita tempatkan personel di titik penyempitan. Ya, kalau bisa pengguna jalan memilih jalur alternatif," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com