“Jam empat pagi, Serse Reskrim datang lagi ke sini, ke rumah gue. 'Lo kenal dia enggak?’ (tanya polisi). Di akun Twitter-nya namanya Muhammad siapa gitu, gue enggak engeh karena habis nangis,” kata Mami.
Mami yang tak banyak melihat foto tersebut menyebut pelanggan itu masih muda. Saat itu, polisi juga memegang buku catatan Alfi.
"Dikasih unjuk fotonya, mukanya masih muda. Mereka bawa bukunya Empi (Alfi). Terus gue bilang gue enggak kenal,” kata Mami.
Polisi kemudian mengatakan kepada Mami bahwa foto yang ditunjukkan itu merupakan pelanggan Alfi. Ia mendapat identitas tersebut dari jejaring sosial Twitter.
"Ini langganan, ini anak Twitter dan ini tamu terakhir Empi jam enam sore hari Jumat,” ujar Mami.
Mami melihat di buku catatan itu tertulis nomor telepon pelanggan tersebut. Namun, tidak ditulis akun tersebut atas nama siapa.
"Ada nomor teleponnya, tapi enggak ditulis, akunnya-akun siapa. Mungkin dilacak sama polisi, dan keluarlah nama itu. Dan mereka lacak juga di followers-nya Empi. Setelah mereka selidiki, cowok itu tamu regulernya Empi,” ungkap Mami.
Paham lokasi
Pelaku pembunuhan Alfi disebut memahami lokasi kejadian. Sebab, kata Mami, orang baru tidak mungkin dapat berbuat seberani itu tanpa memahami lokasi terlebih dahulu.
"Kalau tamu itu baru datang dan cuma berantem begitu doang, enggak bakal berani dia melakukan itu karena situasi kosan seperti apa,” kata Mami.
Apalagi, kata Mami, kamar kos Alfi terbilang berkelas tinggi. Salah satunya diketahui dengan harga sewa yang cukup mahal.
"Karena, gini deh, lo baru datang ke suatu tempat, high class juga, harga dua juta, lo juga mikir banyak CCTV kan. Lo enggak bakal berani macam-macam. Berarti ini orang tahu situasi di sana dan apa yang Empi punya,” ucap Mami.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.