Selama ini, kata Sujiman, masyarakat masih memandang sebelah mata soal museum. Sebagian bahkan alergi terhadap museum yang dianggap kuno. "Museum selama ini bagi masyarakat bukan sebuah kebutuhan. Kebutuhan mereka di mall-mall," kata Sujiman.
Padahal, kata Sujiman, di dalam museum, khususnya Museum Kebangkitan Nasional, banyak budi pekerti dan pelajaran yang bisa dipetik. Salah satunya mengenai perjuangan organisasi pemuda saat itu.
"Kita tidak hanya seremonial, tapi refleksi perjuangan pemuda dan menggali potensi yang ada," kata Sujiman.
Museum Kebangkitan Nasional sendiri memiliki enam ruangan yang memiliki karakteristik masing-masing. Keenam ruangan tersebut yakni, Ruang Pameran, Asrama, Ruang Kedokteran Stovia, Ruang Perkenalan, Ruang Awal Kesadaran, dan Ruang Pegerakan Nasional.
Dari keenam ruangan tersebut, pihak museum berusaha menonjolkan sisi menariknya. Selama ini, kata Sujiman, pengunjung lebih suka ke Ruangan Kedokteran Stovia.
"Di sana ada alat pemecah kepala manusia. Mereka jadi tertarik kegunaan alatnya. Belum lagi alat dokter zaman dulu lainnya," kata Sujiman.
Kendati demikian, Sujiman menyebut pihak museum juga membuat pameran rutin yang diselenggarakan tiap tahun. Misalnya pada tahun ini pameran dari pihak museum bercerita mengenai perjalanan hidup Haji Oemar Said Cokroaminoto.