Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Persaingan dengan Go-Jek, Tukang Ojek Reguler Harus Perbaiki Layanan

Kompas.com - 12/06/2015, 14:53 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Maraknya perlakuan tidak menyenangkan yang diterima tukang ojek Go-Jek dari tukang ojek reguler menjadi perhatian Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat. Menurut Djarot, kemarahan tukang-tukang ojek reguler merupakan akibat perebutan pangsa pasar yang dimenangkan tukang ojek Go-Jek.

"Ojek ini kan kuncinya service kepada pengguna ya, kepada pelanggan. Begitu ada terobosan yang cukup bagus seperti itu (Go-Jek) kan bagus tuh, keamanan, kenyamanan, ketepatan harga, maka mereka (tukang ojek reguler) cemburu," kata Djarot di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (12/6/2015).

Untuk bisa bersaing dengan Go-Jek, Djarot menyarankan agar para tukang ojek reguler membuat sistem serupa. Menurut dia, cara itu lebih baik ketimbang harus mengintimidasi para tukang Go-Jek.

"Kalau seperti itu tolong ojek-ojek itu bikin koperasi dong, bikin paguyuban. Kalau mereka terorganisir pasti akan bisa memberikan pelayanan yang baik. Jadi jangan main seperti itu (mengintimidasi), tidak boleh," ujar dia.

Untuk diketahui, sebuah postingan beredar melalui Path dan Facebook dari pengguna bernama Boris Anggoro. Ia menceritakan ihwal kejadian tidak mengenakkan saat ia memesan layanan Go-Jek.

Menurut kesaksian Boris, Go-jek yang ia pesan membatalkan pesanannya setelah dikejar-kejar oleh tukang ojek yang mangkal di daerah Kuningan.

Pada mulanya, Boris menyangka bahwa pengendara Go-jek yang ia pesan hanya bercanda. Namun, setelah Boris melakukan pemesanan lagi melalui aplikasi Go-jek, pengendara kedua juga mengalami hal serupa, yaitu diancam oleh tukang ojek yang mangkal.

"Abangnya dateng dan kita siap2 mau berangkat. Ga lama ada abang ojek yang mangkal di kantor nyamperin dan dorong abang ojek yg mangkal maki-maki gw (saya) 'Lu nyari duit di sini, berak di sini, ga bagi-bagi rejeki sama orang sini,'" demikian tulis Boris.

Go-jek adalah layanan jasa angkutan sepeda motor yang pengendaranya dibekali dengan smartphone untuk menerima pesanan melalui sebuah aplikasi. Metode pemesanan ojek melalui smartphone ini baru naik daun di Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com