Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendengar "Curhat" Pengemudi Go-jek

Kompas.com - 11/06/2015, 06:08 WIB
Aldo Fenalosa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua helm berwarna hijau tertelungkup diatas jok motor bebek berwarna hitam. Di sebelah motor yang sedang parkir itu, duduk seorang bapak paruh baya berjaket hijau.

Sambil menikmati segelas kopi, ia mengamati layar ponsel yang tidak lepas dari tangannya. "Biasanya jam segini banyak orang kantoran yang pesan ojek, HP (ponsel) harus on terus," kata pria bernama Syarif itu, Rabu (10/6/2015).

Syarif belum genap 1 bulan menjadi pengendara ojek berbasis aplikasi mobile bernama Go-Jek di Jakarta. Sebelumnya, ia adalah seorang tukang ojek konvensional yang biasa mangkal di kawasan dekat rumahnya di Fatmawati.

Meski belum 1 bulan, Syarif mengaku sudah kerasan bekerja sebagai tukang ojek panggilan berbasis seluler.

"Enak, tidak perlu rebutan pelanggan. Biasanya kalau pangkalan kan kalau enggak antri ngojek ya rebutan penumpang. Ini beda, kita dapet pesanan, ada yang order kita ambil," sebut Syarif yang sudah 5 tahun menjadi tukang ojek pangkalan.

Kehidupan lebih baik

Dalam sehari, order yang diterima Syarif terbilang lebih banyak dibanding saat menjadi ojek konvensional. Dengan orderan lebih banyak, dompetnya pun makin tebal. Pria yang pernah bekerja sebagai satpam di kompleks perumahan itu juga merasa kehidupannya lebih baik.

Senada dengan Syarif, Tinus juga merasa lebih enak setelah bergabung dengan Go-jek. Waktunya tidak terbuang hanya untuk mangkal. Ia pun bisa mengatur waktu untuk bersama keluarga.

"Dulu kalau dipikir-pikir lebih banyak mangkalnya daripada nariknya. Kalau sekarang begitu pagi udah ada yang mesen buat diantar ke kantornya," kata Tinus.

Sekitar pukul 13.00 ia pun bisa pulang untuk makan siang, kecuali ada yang memesan layanan ojek. "Sampai  jam 8 malam. Jam 9 saya stop buat jemput anak saya pulang kerja," tutur Tinus yang banyak beroperasi di kawasan Setiabudi hingga Blok M.

Dianggap ancaman

Meski nyaman dengan konsep ojek panggilan yang sedang populer di Ibu Kota, para tukang ojek ini tidak lepas dari momen-momen tidak mengenakkan saat "narik".

Syarif dan Tinus mengungkapkan beberapa kali pernah berselisih tukang ojek konvensional yang berada di daerah penumpang yang memesan jasa ojek panggilan dari mereka.

"Pernah waktu itu nganter makanan dari Rasuna Said ke Tebet abis nganter ke kompleks rumah, distopin sama tukang ojek pangkalan pas lewat pangkalan mereka. Mereka nanya dari mana mau ke mana kok lewat sana," ungkap Tinus.

Pengalaman Syarif lebih tidak mengenakkan. Ia pernah tidak mendapat tempat berhenti di Stasiun Kebayoran. Tukang-tukang ojek yang biasa mangkal di tempat itu tidak menghalanginya mengambil penumpang yang baru turun dari kereta api.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Megapolitan
Ribuan Polisi Amankan Aksi 'May Day', Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Ribuan Polisi Amankan Aksi "May Day", Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Megapolitan
Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Megapolitan
Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang, Lalin Sempat Tersendat

Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang, Lalin Sempat Tersendat

Megapolitan
Jalanan Mulai Ditutup, Ini Rekayasa Lalu Lintas di Jakarta Saat Ada Aksi 'May Day'

Jalanan Mulai Ditutup, Ini Rekayasa Lalu Lintas di Jakarta Saat Ada Aksi "May Day"

Megapolitan
Massa Aksi 'May Day' Mulai Berkumpul di Depan Patung Kuda

Massa Aksi "May Day" Mulai Berkumpul di Depan Patung Kuda

Megapolitan
Rayakan 'May Day', Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Rayakan "May Day", Puluhan Ribu Buruh Bakal Aksi di Patung Kuda lalu ke Senayan

Megapolitan
Pakar Ungkap 'Suicide Rate' Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Pakar Ungkap "Suicide Rate" Anggota Polri Lebih Tinggi dari Warga Sipil

Megapolitan
Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi 'May Day'

Kapolda Metro Larang Anggotanya Bawa Senjata Api Saat Amankan Aksi "May Day"

Megapolitan
3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

3.454 Personel Gabungan Amankan Aksi “May Day” di Jakarta Hari Ini

Megapolitan
Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

Megapolitan
Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDI-P

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com